Keysa & Danu 7

502 43 0
                                    

Danu mengurut pangkal hidungnya, agar membuat dirinya terjaga. Ia baru saja tiba di kantor, tetapi kondisi tubuhnya sangat tidak baik. Hal itu terjadi karena ternyata Danu tidak bisa tidur semalaman. Danu baru bisa memejamkan matanya, ketika fajar akan menyingsing. Jelas, Danu pun kekurangan jam tidur. Selain itu, dirinya masih saja gelisah karena belum bisa menyingkirkan bayangan Keysa dalam benaknya. Benar-benar sangat membebani sekaligus sangat menjengkelkan.

Begitu ke luar dari lift dan tiba di lantai di mana ruangan kerjanya berada, Danu terlihat menguap dan membuat Rian yang melihatnya mengernyitkan kening. Rian melangkah mengikuti langkah Danu lalu berbisik untuk bertanya, "Apa tadi malam Bapak berkencan semalaman dengan kekasih Bapak?"

Danu yang mendengarnya jelas mengernyitkan keningnya dan bertanya jengkel, "Apa mungkin, sekarang kau memiliki hobi mengejek dan menggodaku?"

Rian mengendikkan kedua bahunya dengan gaya yang jelas terasa sangat menjengkelkan bagi Danu. Ia pun berkata, "Jangan membuat hariku semakin buruk, Rian. Aku sudah kurang tidur, dan suasana hatiku sangat buruk sekarang. Jadi, berhentilah bertingkah menyebalkan."

Danu sendiri memilih untuk masuk ke dalam ruangannya dan bersiap untuk memulai pekerjaannya. Rian masih mengikuti langkahnya karena memang ada yang harus ia sampaikan pada Danu. "Apa ada yang harus kau sampaikan?" tanya Danu.

Rian mengangguk. "Salah satu rapat harus maju dari jadwal yang seharusnya karena ada permintaan khusus dari klien. Sepertinya ada yang terjadi dari pihak klien, karena itulah, kita harus memajukan jadwalnya," ucap Rian.

Biasanya Danu tidak akan merasa keberatan dengan hal seperti ini. Ia malah merasa jika pekerjaannya akan lebih cepat jika jadwal dimajukan. Namun, kali ini Danu tidak bisa bersikap seperti biasanya. Ia merasa jengkel, dan ia pun dengan mudah menunjukkan kejengkelannya tersebut. "Kenapa disetujui begitu saja? Rapat itu bukan satu-satunya jadwal yang kumiliki pada hari ini. Jika ada perubahan, jelas akan ada kekacauan dalam jadwal harian atau bahkan jadwal mingguanku. Apa kau tidak bisa bekerja dengan benar?" tanya Danu tajam.

Jelas itu adalah pertanyaan yang cukup menyakitkan. Sebab Rian sudah bekerja dengan sebaik mungkin, tetapi sepertinya Rian tidak tersinggung dengan apa yang dikatakan oleh Danu. Seakan-akan Rian mengerti dengan baik mengenai suasana hati Danu saat ini. Rian pun menjawab dengan tenang, "Bapak tidak perlu khawatir, semuanya sudah saya pastikan tetap dijadwalkan dengan baik. Jadi tidak ada jadwal yang bertabrakan atau kacau."

Rian meletakkan tablet komputer yang menunjukkan perubahan jadwal hari ini. Ternyata apa yang dikatakan oleh Rian memang benar. Semuanya sudah diatur ulang, hingga apa yang dicemaskan oleh Danu tidak terjadi. Danu yang sadar jika sebelumnya sudah marah tanpa alasan pada Rian pun menghela napas. Ia memejamkan matanya dan berkata, "Maaf atas apa yang terjadi barusan. Aku kesulitan fokus."

Rian mengangguk dan bertanya, "Apa saya perlu membawakan kopi?"

"Ya, tolong. Seperti biasa, aku ingin gula merah sebagai pemanisnya. Tapi kurangi takaran gulanya menjadi sepertiga daripada biasanya," ucap Danu.

"Baik, Pak. Saya akan segera kembali," ucap Rian lalu undur diri dari ruangan tersebut.

Sementara Danu yang ditinggal di ruangan kerjanya, menghela napas panjang. Ia benar-benar kesulitan untuk fokus sekarang, seakan-akan pikirannya terpecah-pecah. Danu pun menggerutu, "Ini masih pagi, tetapi aku sudah mengacau. Semoga hariku tidak lebih kacau daripada ini."







**







"Apa tidak lebih baik memesan atau makan di restoran saja, Pak?" tanya Rian sembari mengikuti langkah kaki Danu yang lebar.

Bukan Cinta Sendiri (Keysa & Danu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang