"Ini jadwal untuk satu minggu ke depan, dan ini ada kiriman bekal makan siang yang dititipkan di resepsionis," ucap Rian sembari meletakkan tablet komputer dan sebuah kotak makan siang di atas meja kerja Danu.
Danu yang sebelumnya tengah menikmati kopi sembari membaca beberapa berkas, tentu saja segera meletakkan pekerjaannya dan memeriksa jadwal untuk satu minggu ke depan. Semuanya sudah sesuai dengan apa yang Danu inginkan, karena itulah Danu langsung berkata, "Terima kasih."
Lalu secara otomatis, mata Danu pun menatap kotak bekalnya. Danu mengernyitkan keningnya, ia tidak mengenal kotak makan siang tersebut. Karena biasanya ibunya tidak menggunakan kotak makan siang dengan model itu. Namun, Danu tidak memiliki kecurigaan apa pun. Sebab sang ibu memang sangat memperhatikan makanannya. Terlebih, akhir-akhir ini Danu sangat sibuk, hingga tidak bisa makan dengan benar.
"Kalau begitu, saya akan makan dulu, Pak," ucap Rian. Tentu saja Danu mengangguk memberikan izin pada Rian untuk mengambil waktu istirahat makan siangnya.
Danu sendiri memilih untuk segera bersiap untuk makan siang. Karena ibunya pasti akan memastikan dirinya menghabiskan makanannya atau tidak. Setelah mencuci tangan, Danu pun membuka kotak bekal dan cukup terkejut dengan menu makan siang yang cukup berbeda daripada biasanya. Di sana memang ada cukup banyak sayur, tetapi cara memasaknya agak berbeda daripada masakan sang ibu. Warna sayurannya terlihat sangat segar dan cerah, membuat Danu penasaran apakah rasanya sama seperti sayur yang biasanya ia makan.
"Wah, sepertinya kursus memasak ibu mulai menunjukkan hasilnya," gumam Danu saat merasakan rasa lezat yang memanjakan lidahnya.
Ini agak berbeda dengan gaya masakan ibunya biasanya. Namun, Danu merasa jika ini bukan hal yang aneh. Karena pada dasarnya menu yang tengah ia nikmati juga berbeda, atau lebih tepatnya sang ibu belum pernah memasak menu seperti ini. Tanpa sadar, Danu makan dengan lahapnya. Sepertinya Danu belum pernah makan dengan lahap akhir-akhir ini, karena ia hampir tidak bisa menikmati makanan karena dikejar oleh waktu.
"Sepertinya aku harus menghubungi Ibu dan memberikan pujian atas masakan lezatnya ini," ucap Danu sebelum dirinya melihat sebuah surat yang terlewatkan di bawah tempat kotak bekal.
Kening Danu mengernyit dalam. "Kenapa firasatku buruk?" tanya Danu pada dirinya sendiri sebelum meraih surat tersebut dengan perasaan gelisah. Danu pun membuka surat tersebut dan membacanya dengan hati-hati.
Mas Danu, habiskan sayurnya ya. Aku sudah memasak semuanya agar Mas bisa makan sayur. Jangan sisakan sedikit pun, ya. Aku bangun pagi-pagi sekali untuk memasak semua itu. Jadi setidaknya habiskan makanannya ya Mas. Lalu hubungi aku. Ini nomor teleponku, 081323456789
—Keysa—
Danu tercengang saat dirinya selesai membaca surat tersebut. Ia kehabisan kata-kata, hingga dirinya hanya bisa mematung menatap surat tersebut dengan pandangan kosong. Belum juga dirinya menepun kata-kata yang pantas untuk mendeskripsikan perasaannya saat ini, Rian sudah lebih dulu kembali datang. Ia pun masuk dan berkata, "Pak, sepertinya tadi bukan makan siang yang dikirim Ibu. Karena makan siang yang dikirim Ibu baru saja datang."
Mendengar hal itu, Danu pun menghela napas panjang. Ia pun menatap makanan yang dikirim Keysa yang kini hanya tersisa satu suap lagi. "Ya, aku juga sudah tau. Benar-benar, sebenarnya apa yang diingikan gadis itu?" tanya Danu.
Rian sendiri meletakkan kotak makan siang yang dikirim oleh ibu Danu dan menatap makan siang yang hampir dihabiskan oleh Danu. "Sepertinya Bapak sangat menikmati makan siangnya. Rasanya sudah lama tidak melihat Bapak hampir menghabiskan makanan seperti ini," ucap Rian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Cinta Sendiri (Keysa & Danu)
RomanceKalian pernah merasakan cinta sendiri? Ah, mungkin kalian lebih mengenalnya dengan istilah cinta bertepuk sebelah tangan. Inilah yang tengah dialami oleh Keysa. Tanpa sengaja, ia bertemu dengan tipe idealnya. Lalu, berakhir merasakan cinta bertepuk...