Danu turun dari lantai dua dengan membawa buku yang akan ia baca. Hari ini, adalah hari liburnya. Karena itulah, Danu ingin menggunakan waktunya dengan bersantai di taman belakang sembari menunggu sarapan siangnya selesai. "Pak, kopinya sudah saya taruh di beranda," ucap Nila yang memang bekerja sebagai asisten rumah tangga Danu.
Nila bekerja dengan Rini, dan keduanya memegang tugas mereka masing-masing. Jika Nila bertugas untuk mengurus keperluan berupa makanan dan semua hal yang berkaitan dengan dapur dan keperluan rumah, maka Rini bertugas untuk memastikan kebersihan rumah. Karena tidak banyak hal yang harus dikerjakan, Danu pun memilih untuk memberi kebijakan. Jika mereka sudah menyelesaikan tugas, mereka bisa pulang.
Danu memang tidak nyaman untuk tinggal dengan orang asing, jadi lebih baik seperti itu. Karena ia bisa menikmati kesendiriannya dengan nyaman. Ini juga menjadi salah satu alasan, mengapa dirinya ingin tinggal sendiri dan terpisah dari kedua orang tuanya. Ia ingin waktu pribadi yang benar-benar sama sekali tidak terganggu oleh siapa pun.
"Terima kasih. Santai saja menyiapkan sarapan siangnya. Lalu, hari ini kalian bisa pulang lebih awal," ucap Danu.
"Untuk makan malamnya bagaimana, Pak?" tanya Nila.
"Tidak perlu memasak makan malam, karena aku yang akan memasaknya," ucap seorang perempuan cantik yang melangkah dari arah pintu masuk.
Danu yang melihatnya terkejut. "Kenapa Ibu ada di sini?" tanya Danu.
Benar, sosok perempuan cantik itu tak lain adalah ibu Danu, Ayu. Mendengar pertanyaan Danu, tentu saja Ayu menjawab dengan pertanyaan balik, "Memangnya Ibu tidak boleh kemari jika tidak memiliki alasan?"
Nila dan Rini mengambil alih dua kantung belanja yang dibawa oleh Ayu. Setelah itu, keduanya pun membereskannya ke dapur. Sementara Danu mengikuti langkah sang ibu yang juga melangkah menuju dapur. Setelah pindah, Danu memang belum mengunjungi rumah orang tuanya. Pasti inilah alasan yang membuat ibunya datang. Sepertinya Danu harus menyiapkan kedua telinganya untuk mendengar ceramah panjang yang akan diberikan oleh ibunya ini.
"Ah, terima kasih. Sekarang kalian bisa pulang saja. Aku yang akan memasak dan membereskan rumah," ucap Ayu. Tentu saja Nila dan Rini tidak keberatan. Mereka pun undur diri, karena sudah mendapatkan izin dari Danu.
Danu duduk di kursi yang menghadap dapur dan bertanya, "Apa Ayah tidak ada di rumah? Kenapa Ibu datang?"
Pertanyaan yang Danu rasa sangat wajar ia tanyakan. Mengingat jika biasanya ibu dan ayahnya akan menghabiskan waktu bersama di akhir minggu seperti saat ini. Karena ini adalah waktu libur dari ayahnya, Halim. Meskipun sudah cukup berumur, tetapi ayah Danu memang masih bekerja karena ia adalah pimpinan perusahaan. Danu memang belum menerima pewarisan, karena dirinya sendiri merasa bahwa ia belum bisa sepenuhnya dipercaya untuk posisi tersebut. Selain itu, saat ini Danu masih menikmati posisinya dan masih butuh belajar.
Ayu yang sudah mengenakan celemek pun menghadap putranya dan berkata, "Ayahmu pergi bermain golf dengan teman-temannya dan meninggalkan Ibu sendiri di rumah."
Danu pun menghela napas. "Ah, jadi ibu tengah merajuk," tebak Danu.
"Siapa yang merajuk? Ibu hanya datang untuk melihat putra Ibu yang tidak berkunjung setelah dirinya pindah tinggal sendiri," ucap Ayu jelas menyindir Danu yang tidak pernah berkunjung.
Danu tidak berkata-kata, karena memang itu adalah kebenarannya. Danu memang belum ada niatan untuk berkunjung ke rumah orang tuanya. Ayu sendiri mulai memasak makan siang untuk putranya sembari berbincang. "Apakah selama ini kau makan yang baik? Terutama makan siangmu, karena Ibu tidak lagi mengirim makan siang untukmu," ucap Ayu.
Danu mengangguk. "Aku baik-baik saja. Ibu tidak perlu terlalu cemas seperi itu. Aku sudah besar."
"Bagaimana Ibu tidak cemas? Kau sudah berumur, tetapi masih belum memiliki istri. Ibu dan ayah sudah sangat ingin melihatmu menikah. Bukankah kau ingin segera memberi kami seorang cucu yang manis?" tanya Ayu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Cinta Sendiri (Keysa & Danu)
RomanceKalian pernah merasakan cinta sendiri? Ah, mungkin kalian lebih mengenalnya dengan istilah cinta bertepuk sebelah tangan. Inilah yang tengah dialami oleh Keysa. Tanpa sengaja, ia bertemu dengan tipe idealnya. Lalu, berakhir merasakan cinta bertepuk...