Keysa & Danu 12

496 39 1
                                    

"Ya, jangan sungkan untuk datang mengunjungi Tante, ya." Ayu pun mengecup pipi seorang wanita muda cantik yang mengangguk sopan pada keluarga Ayu sebelum beranjak pergi bersama dengan ibunya.

Saat mobil wanita cantik itu pergi, Ayu segera menatap putranya dan bertanya, "Bagaimana?"

Tentu saja siapa pun bisa merasakan jika Ayu sangat bersemangat. Termasuk Halim dan Danu yang berada di hadapannya. Keduanya pun melangkah masuk ke dalam keluarga diikuti oleh Ayu yang terus mendesak Danu untuk menjawab pertanyaannya tersebut. Danu pun duduk di seberang sang ayah dan menghela napas panjang. Hal itu membuat Ayu mengernyit.

"Sekarang apa lagi? Ibu sudah memilih yang paling sesuai dengan kriteriamu. Dia cantik dan anggun. Selain itu, ia juga dewasa, cerdas dan memiliki karier yang bagus. Hal yang paling penting, usianya juga hanya terpaut sekitar tiga tahun denganmu. Itu semua kan sesuai dengan kriteriamu," ucap Ayu.

Danu mengangguk. Apa yang dikatakan oleh ibunya memang benar. Wanita yang baru saja diperkenalkan dengannya itu memang sangat cantik dan dewasa. Sesuai dengan tipe idaman Danu. Namun, tidak ada kesan mendalam yang ditinggalkan olehnya pada Danu. Mau tidak mau, Danu hanya menganggapnya sebagai seseorang yang singgah untuk berkenalan dengannya. Danu pun berkata, "Pembicaraan kita tidak nyambung dengan baik, Bu. Dia tidak meninggalkan kesan mendalam padaku."

Lalu secara mengejutkan, pertemuannya dengan Keysa tiba-tiba teringat. Seakan-akan kini otak Danu tengah mengingat dan membandingkan pertemuan barusan dengan pertamuannya dengan Keysa. Memang benar, pertemuan pertamanya dengan Keysa sangatlah berkesan. Bagaimana mungkin tidak berkesan, jika Keysa tiba-tiba menyebut Danu adalah tipe pria idamannya di pertemuan pertama mereka? Itu sungguh mengejutkan.

Namun, Danu tidak bisa memasukkan Keysa ke dalam daftar yang berpotensi untuk menjadi kekasihnya di masa depan. Sebab Keysa tidak memenuhi kriteria yang sudah ia tetapkan sendiri. Hal yang paling utama adalah, usia mereka yang terpaut cukup jauh. Sekitar delapan tahun, dan itu bagi Danu terlalu jauh. Jika mereka menjalin hubungan, bukannya memiliki seorang kekasih yang bisa diajak berbagi pikiran, Danu hanya akan seperti seorang kakak yang mengasuh adiknya. Keysa masihlah anak kecil baginya. Ia masih sering bertingkah kekanakan, alih-alih bersikap anggun selayaknya seorang perempuan yang matang dalam segi emosi dan usia.

"Kalau begitu, lakukan saja sesukamu. Ibu tidak akan memaksamu menjalin hubungan dengan siapa pun. Tapi, Ibu tidak akan menyerah memperkenalkanmu dengan para gadis yang Ibu kenal," ucap Ayu sembari beralih tempat duduk ke samping Halim.

Halim mengangguk. "Ayah dan Ibu tidak akan memaksamu untuk menikah dengan siapa pun, dan memaksamu untuk segera menikah. Tapi, kami harap kau mengerti. Kami semakin tua, dan kami sudah sangat ingin melihatmu menikah. Jadi, jangan terlalu mengulur waktu," ucap Halim.

Danu yang mendengar ucapan sang ayah pun menggerutu, "Bilangnya tidak memaksa, tapi memintaku untuk tidak mengulur waktu. Bukankah itu pro dan kontra?"

"Intinya, Ibu dan Ayah ingin kau segera menikah dengan wanita yang kau cintai dan hidup bahagia. Itu adalah harapan terbesar kami sebagai orang tua, Danu," ucap Ayu.

Danu mengangguk mengerti. "Yah untuk sekarang aku hanya bisa meminta doa dari kalian. Semoga aku bisa segera bertemu dengan jodohku," ucap Danu lalu bersandar pada sandaran sofa.

Rasanya ia baru pindah beberapa minggu dari rumah ini, tetapi Danu merasa jika dirinya sudah sangat lama tidak duduk dan bersantai di ruang keluarga kediaman orang tuanya. Jelas, skala rumah orang tuanya ini lebih besar daripada rumah yang di mana Danu tinggal. Namun, Danu memang sengaja memilih hal tersebut. Karena Danu hanya tinggal sendiri di sana. Akan ada banyak ruang yang tidak terpakai jika dirinya menempati rumah yang terlalu luas.

Bukan Cinta Sendiri (Keysa & Danu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang