Keysa & Danu 18

634 58 11
                                    

Hari demi hari berlalu begitu saja bagi Danu. Kesibukan demi kesibukan yang ia miliki sebagai salah seorang direktur muda sudah menjadi keseharian yang rasanya tidak akan pernah menjadi terasa membosankan. Setidaknya, itulah yang dulu Danu pikirkan sebelum hidupnya dibuat kacau oleh Keysa. Sebab sekarang, Danu merasa jemu dengan semua kebiasaan kerja dan kegiatan yang ia lakukan di hari liburnya. Danu kembali melirik ponselnya yang kini benar-benar sepi tanpa ada tanda-tanda seseorang yang menghubunginya.

Daripada berkonsentrasi bekerja atau menikmati waktu luangnya, beberapa hari ini Danu memang merasa sangat gelisah seperti apa yang terjadi saat ini. Hal itu dimulai setelah pertemuan terakhir dirinya dengan Keysa. Benar, terakhir. Karena setelah itu, Danu sama sekali tidak pernah berpapasan atau melihat Keysa. Gadis itu juga tidak pernah berusaha untuk mencuri kesempatan untuk menemuinya, atau bahkan menghubunginya seperti apa yang biasanya ia lakukan.

Tentu saja, tidak ada makan siang yang dikirim oleh Keysa pula. Semua itu membuat Danu bertanya-tanya, apa mungkin Keysa berhenti bekerja? Atau mungkin ada sesuatu yang terjadi? Karena sebelumnya Keysa sudah mengubah kebiasaan Danu, kini ketika ia menghilang sepenuhnya dalam keseharian Danu, ada kekosongan yang terasa sangat tidak nyaman bagi Danu. Meskipun begitu, rasanya sangat salah jika Danu menanyakan pada bagian divisi di mana Keysa bekerja, apa yang terjadi hingga Keysa tidak pernah terlihat.

"Sebenarnya apa yang membuatmu gelisah seperti ini, hm?" tanya Ayu saat melihat putranya yang masih tidak berhenti merasa gelisah.

Danu menatap ibunya yang memberikan sebuah foto padanya. Danu menatap foto tersebut dan bertanya balik, "Apa ini orangnya?"

"Benar. Dia gadis yang akan kau temui hari ini. Tadi dia bilang akan mengenakan pakaian terusan berwarna cokelat susu, akan lebih mudah jika kau mengetahuinya," ucap Ayu terlihat sangat senang melihat putranya yang kini tampil dengan pakaian santai untuk berpergiannya. Karena biasanya Danu selalu menghabiskan waktu liburnya di dalam rumah, jadi rasanya sangat jarang Ayu bisa melihat Danu memakai pakaia keluar yang ia belikan untuk putranya itu.

"Aku mengerti," gumam Danu dengan setengah hati. Namun, Ayu memilih untuk mengabaikannya. Ayu malah terlihat sangat bersemangat untuk membahas pertemuan putranya itu.

"Ibu dan Ayah memang benar-benar berharap jika kali ini akan berhasil. Tapi kau tidak perlu merasa terbebani hingga merasa gelisah seperti itu. Semuanya akan kembali kepada dirimu seutuhnya. Kau yang akan memutuskan, apakah kau akan melanjutkan hubunganmu dengan gadis ini, atau hanya akan sekedar menjadi kenalan saja," ucap Ayu berusaha menenangkan putranya yang ia pikir tengah gelisah karena masalah pertemuannya dengan wanita yang akan ia perkenalkan.

"Aku sama sekali tidak mencemaskan hal seperti itu, Ibu," ucap Danu menyatakan jika dirinya memang tidak merasa gelisah perihal apa yang dikatakan oleh ibunya.

Ayu yang mendengar hal itu tentu saja merasa penasaran. Sebenarnya hal besar seperti apa yang membuat putranya ini merasa gelisah selama beberapa hari. Tentu saja Halim juga merasakan hal yang sama. Keduanya mengenal betul Danu sebagai orang tua yang membesarkannya. Masalah remeh tentu saja tidak akan membuat fokus Danu dengan mudah teralihkan dan terus saja merasa gelisah seperti ini.

"Lalu apa yang membuatmu cemas?" tanya Halim.

Namun, sepertinya Danu tidak berniat untuk menjawab rasa penasaran Ayu dan Halim. Sebab ia malah berdiri dan berkata, "Sampai jumpa nanti. Kalian bisa berdoa, semoga aku kembali dengan membawa kabar baik."






**





"Memang terasa sulit karena ada beragam budaya yang harus kupelajari, tetapi setelah aku beradaptasi, semuanya terasa menyenangkan. Terlebih ketika bertemu dengan anak-anak yang menggemaskan," ucap seorang wanita yang duduk di seberang Danu.

Bukan Cinta Sendiri (Keysa & Danu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang