𝐀𝐅𝐓𝐄𝐑

3.1K 456 168
                                    

🍏

Max pemuda itu bersama Draco dan juga (Y/n) memasuki sebuah rumah sederhana, dekat dengan sungai.

Tatapan mata Draco tertuju pada darah yang telah mengering di pelipis (Y/n), ia telat datang.

"Diatas kamarmu" Max mengusap punggung (Y/n) pelan, ia tahu adiknya tak baik-baik saja.

(Y/n) mengangguk dan menaiki tangga menuju kamar yang dikatakan Max.

"Naiklah, kalian perlu bicara" Max menepuk punggung Draco, lalu berjalan keluar.

Draco memasuki kamar yang dimaksud Max, mata abu Draco sepenuhnya tertuju pada gadisnya.

"You okay?" (Y/n) berdiri tak jauh dari Draco.

Draco berjalan menghampiri gadisnya, memeluk gadisnya erat-erat, membenamkan wajahnya di ceruk leher (Y/n).

"Bukankah harusnya aku yang bertanya?" Draco tersenyum miris.

"Aku tahu kau juga membutuhkan pertanyaan itu" (Y/n) balas memeluk erat tubuh Draco.

Draco tak baik-baik saja dan, (Y/n) juga tak baik-baik saja.

"I'm not, not fine" Draco mengusap punggung gadisnya pelan.

"Me to" (Y/n) melepas pelukkan Draco dan tersenyum tipis pada kekasihnya itu.

"Sakit rasanya mendengar kau tak baik-baik saja" Draco mengecup bibir (Y/n) pelan.

Draco bisa melihat (Y/n) tersenyum tapi air mata gadis itu keluar, begitupun dirinya.

Tangan Draco mengusap air mata (Y/n) yang keluar, begitupun (Y/n) yang mengusap air mata Draco.

"Deco" Panggil (Y/n) yang di tengah-tengah kesedihan mereka.

Keduanya tertawa.

"Yah Sweetheart"

"Don't break up with me again"

"Promise...Don't leave me" Jantung Draco seperti di tusuk ketika mendengar gadisnya ingin 'mati'.

"I'm tired"

"I know" tangan Draco mengusap kening (Y/n) pelan.

"Menangislah" Draco mengecup bibir gadisnya cukup lama, ia merebahkan tubuh gadisnya dan erat (Y/n)-nya.

Tangis (Y/n) pecah, ia tak sekuat seperti yang orang-orang pikirkan tentangnya.

Jari-jemari (Y/n) meremas kuat jas Draco, ia hanya tak menyangka kalau wanita yang penuh darah yang selalu datang kedalam mimpinya adalah Ibunya.

"Don't leave me love" Draco mengecup surai gadisnya, ia tak mungkin kehilangan lagi sosok gadis yang ia cintai.

"Jika kau pergi, siapa yang mencintaiku?" Pinta Draco.

......

Max menghajar Frederick tak kenal ampun, ia ingin sekali membunuh kakak sepupunya itu. Sayangnya janji dari ayahnya agar tak membunuh siapapun ia pegang teguh.

"Max" Panggil (Y/n) dari belakang.

Max menoleh dan tersenyum, ia sudah lama tak bertemu dengan adiknya.

"Boleh aku memelukmu?" Tanya (Y/n).

Max mengangguk dan merentangkan tangannya, (Y/n) memeluknya erat-erat.

"Apa yang kau lakukan padanya?" Tanya (Y/n).

"Hanya menghajarnya, ia tak mungkin menemukan kita disini" Max tahu (Y/n) tengah khawatir jika Frederick akan menemukan mereka.

Pada kenyataannya Max jauh lebih kuat dibanding Frederick.

"Aku takut Harry akan marah padaku" Guman (Y/n) yang masih bisa didengar oleh Max.

"Dia tak akan marah, dan sekarang dia tengah khawatir padamu"

"Kenapa kau melakukan Obliviate padaku?" Tanya (Y/n) lagi.

"Kau terus menangis setelah kematian mother, kau bilang ingin mati. Jadi aku melakukan Obliviate padamu"

"...Aku takut kau pergi" Max mencium kening adiknya.

"Frederick tahu aku menyimpan ingatanmu di manor, dia menukar ingatanmu dan aku menukarnya lagi" Max bisa dibilang merencanakan dan mengantisipasi semua yang berkaitan dengan adiknya.

"Terimakasih"

"Bagaimana setelah tahun ke-6 mu kita ke amerika saja?" Tawar Max.

......

Semua mata memandang kearah (Y/n), tak satupun murid Hogwarts tak memperhatikannya.

Perban di keningnya membuat banyak orang bertanya-tanya, itu yang didapatkan (Y/n) ketika memasuki Hogwarts Express.

Sebuah tangan meraih pergelangan tangan (Y/n), sontak saja ia langsung menoleh. Harry.

"Kau baik-baik saja?" Harry membawa (Y/n) masuk ke dalam kompartemen.

"Harry" panggilnya.

Harry memeluk erat-erat (Y/n), tubuh gadis yang ada di dalam pelukannya itu bergetar hebat.

Hermione dan Ron yang melihat itu ikut bersedih, mereka belum pernah melihat (Y/n) sehancur itu.

"Aku tak bisa mencarimu, Professor Dumbledore melarangku" Harry menepuk punggung adiknya pelan.

Harry menangkup kedua wajah (Y/n) "Ibumu pasti tenang di sana"

(Y/n) mengangguk, walau kepalanya serasa bisa meledak kapanpun juga ia tetap tersenyum seperti biasanya.

"Aku harus bertemu dengan Draco" (Y/n) mengusap air matanya..

Harry yang mengantarnya sedikit tak senang, (Y/n) pantas mendapatkan kekasih yang jauh lebih baik dari Draco.

"Kenapa harus bersama Draco?" Pertanyaan yang selama ini Harry simpan akhirnya ia mengatakannya.

"Harry" Hermione memperingatkan Harry.

"Kau menolak seorang Cassius Warrington hanya untuk Draco Malfoy" Harry lebih senang jika (Y/n) bersama Cassius, tentunya karena keluarga Cassius tak terikat dengan Voldemort.

"Aku tak ingin berbicara tentang itu Harry" (Y/n) melangkah keluar.

Harry benar Cassius lebih baik dibanding Draco, tapi Cassius tak memiliki perasaan sebesar yang dimiliki Draco untuknya.

Draco berdiri didepan pintu kompartemen Slytherin "Apel?" Tawar Draco.

🍏

Kalian punya guru/dosen yang kalo ngasih tugas gak jelas?

You're My Opium : 𝐃.𝐌Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang