𝐃𝐑𝐄𝐀𝐌

4.7K 633 178
                                    

🍏

Sudah bukan rahasia lagi kalau (Y/n) dan Draco memiliki hubungan sebagai sepasang kekasih hingga sampai pada telinga Harry Potter.

(Y/n) menatap Harry yang berada disampingnya, pemuda itu tengah menatap dari awan sore.

"Aku merasa ada celah diantara kita" Kata (Y/n) tiba-tiba.

"Karena kau Slytherin dan aku Gryffindor?" Harry menatap (Y/n) balik.

"Bukan"

Perasaan kosong bagai ada dinding pembatas antara dirinya dengan Harry sudah ada sejak pertama kali gadis itu bertemu dengan Harry.

"Entahlah rasanya kau dan aku tak memiliki hubungan darah"  Sambung (Y/n).

"Kau keluargaku satu-satunya jangan berkata seperti itu" Harry mengusap bahu (Y/n) pelan.

Pembatas itu semakin besar ketika setiap orang memanggilnya dengan 'Potter'.

"Kau satu-satunya orang yang membuatku merasakan rasanya punya saudara bahkan keluarga" Harry tersenyum tipis.

"Tapi.. sungguh Harry aku bahkan tak ingat masa kecilku" Kecurigaannya semakin besar ketika Cassius memeluknya dengan tangis dan mengatakan kalau ia ada dalam masa lalu pemuda itu.

"Kau keluarga ku dan selalu menjadi keluarga ku" Harry tahu bahkan rasa janggal itupun ada pada dirinya.

"Lupakan tentang itu, sekarang katakan padaku bagaimana kau bisa menjadi pacar Malfoy?" Tanya Harry.

"Sebenarnya.."

"Sebenarnya?"

"Aku dan Draco pernah berpacaran di tahun ke-3"

Harry tersenyum kikuk, agak aneh rasanya jika adikmu berpacaran dengan musuhmu.

"Maaf aku merahasiakannya darimu" (Y/n) tahu Harry sangat tak menyukai Draco karena tingkah Draco yang menyebalkan.

"Tak apa, Jika dia membuatmu menangis aku akan memukulnya" Harry tertawa pelan sambil mengusap surai (Y/n) pelan.

"Tugas keduamu kau harus hati-hati"

......

Tangan Draco sepanjang menuju danau hitam hingga tiba di area tugas kedua Triwizard, pemuda itu selalu menggenggam tangan gadisnya takut-takut gadisnya akan dibawa Cassius.

"Tanganku berkeringat Drake" (Y/n) berusaha melepaskan tangannya dari tangan Draco.

"Kau bawa apel ku?" Draco mengalihkan pembicaraan.

(Y/n) mendengus kesal, ia menyerahkan apel hijau pada Draco "Ambil".

Bukannya mengambil apel yang ada di tangan (Y/n) Draco justru menggigit apel itu dan mengunyah nya pelan.

Blaise, Pansy dan Theo menatap ketiganya dengan sedikit kesal.

"Thanks.. You're so pretty" bisik Draco lalu mengecup pipi (Y/n).

"Tidak tahu tempat" Celetuk Blaise.

Draco memeluk (Y/n) dari belakang, mereka berdua memperhatikan jalannya turnamen Triwizard.

Mata (Y/n) sesekali melirik kesamping dan melihat Cassius yang tengah memperhatikannya, (Y/n) tersenyum namun senyumnya sedikit luntur kala melihat tatapan mata Cassius yang sedikit menyiratkan sesuatu.

Manik mata Cassius dan (Y/n) terus saling menatap, mata mereka saling berbicara namun sebuah perasaan yang begitu janggal memenuhi hati (Y/n).

Draco mengikuti arah pandang (Y/n), rasa takut kembali menjalar di tubuhnya kala ia mengetahui (Y/n) dan Cassius saling menatap.

"I love you" bisik Draco.

(Y/n) seketika menatap danau, tangannya mengusap tangan Draco yang melingkar di perutnya.

"I love you" bisik Draco sekali lagi.

Hanya kata-kata namun bagi Draco itu adalah bentuk ketakutan akan kehilangan gadis yang selalu mengisi harinya.

Draco takut kehilangan cinta dari gadisnya.

(Y/n) menarik kerah jas Draco hingga telinga kekasihnya sejajar dengan pipinya.

"I love you" (Y/n) mengecup pipi Draco.

Draco membenamkan wajahnya di ceruk leher gadisnya.

"Draco" guman (Y/n) namun itu masih didengar oleh Draco.

"Yah"

"Cassius aku memimpikannya"

Draco mengeratkan pelukannya.

"Aku bermimpi Cassius dan aku.."

......

(Y/n) meremas kuat rambutnya, ia sungguh tak tahan dengan mimpi-mimpi yang menurutnya adalah hal yang mengerikan.

Melihat bayangan-bayangan orang yang ia sama sekali tak kenal dan terus berteriak namanya dengan lumuran darah.

Meremas dan menarik kuat rambutnya dengan kuat, ia hanya ingin tidur dengan nyenyak.

Nafasnya sesak, air matanya mengalir deras, tangis tanpa suara.

Itu menyiksanya sangat.

"(Y/n)" Panggil Daphne teman sekamarnya.

"Maaf mengganggu tidurmu" (Y/n) berusaha mengatur nafasnya.

"Ada apa? Kau sakit?" Tanya Daphne khawatir.

"Tidak"

"Kau menangis" Daphne turun dari ranjangnya dan menghampiri (Y/n).

(Y/n) beranjak dari ranjangnya "Maaf Daphne aku akan keluar"

Langkah kakinya tergesa-gesa menuruni setiap anak tangga, hingga bola mata (Y/n) menangkap sosok Cassius yang tengah berdiri di lantai dasar.

"Mimpi buruk lagi?" Cassius merentangkan tangannya.

(Y/n) berlari dan menuju Cassius tapi lagi-lagi langkah kakinya terhenti kala melihat Draco yang berdiri dibelakang Cassius.

"Love" Panggil Draco.

(Y/n) meremas bajunya, dengan langkah kuat (Y/n) berlari dan memeluk Draco.

Draco mengecup surai gadisnya, memeluknya erat.

"It's okay" bisik Draco.

Saat itu juga Cassius sadar, Obliviate menghapus perasaan (Y/n) sepenuhnya untuk tak mencintainya lagi.

🍏

Asli kasian Cassius 😭

Good night and good luck 🥰👋.

You're My Opium : 𝐃.𝐌Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang