Hani berjalan menyusuri koridor untuk menyusul Ryan. Hari ini Ryan dan teman-temannya latihan basket di lapangan indoor karna lapangan outdoor sedang digunakan eskul lain. Karna hari lomba semakin dekat, waktu latihan Ryan jadi lebih sering dari biasanya.
Bersyukur, sekolahnya tidak mewajibkan semua muridnya untuk ikut ekstrakurikuler. Jadi, Hani memilih untuk tidak ikut eskul apapun karna belajar saja sudah cukup menguras waktunya, apalagi Hani bukanlah tipe orang yang sekali lihat langsung bisa, tapi dia harus berusaha keras terlebih dahulu jika ingin bisa.
Baru saja sampai di sana Hani sudah disuguhkan pemandangan menjengkelkan. Apalagi jika bukan Alina yang mencari perhatian Ryan dengan mencoba membantu menyeka keringat laki-laki itu.
Sudah cukup beberapa hari ini Hani bersabar hanya melihat, sekarang Hani tidak tahan lagi. Bagaimana bisa gadis itu tidak tau malu, padahal Ryan sudah sering menolaknya.
Hani berjalan ke arah Ryan dan dengan cepat dia merebut handuk yang dipegang Alina. Tentu saja hal itu menjadi perhatian semua orang di sana, tapi karna Hani cukup sering ke sana jadi mereka sudah cukup kenal dengannya.
"Hani!" kata Alina terkejut.
Ryan yang melihat itu hanya diam, walaupun sebenarnya dia ingin tersenyum karna tingkah Hani yang sangat posesif padanya.
"Mending lo bantuin anggota basket yang lain. Lo asisten di eskul basket kan?" kata Hani sinis.
"Gue sudah bantuin yang lain kok" jawab Alina tidak mau kalah.
"Lo yakin sudah bantuin semuanya, sampe sempet bantuin Ryan ngelap keringet dia?" sindir Hani.
Alina yang sudah terpojok akhirnya pergi dari sana.
"Dasar cewek kegatelan!" sinis Hani.
Ryan yang melihat hal itu langsung menarik Hani agar melihat ke arahnya.
"Sudah jangan ngomel gitu" kata Ryan santai.
"Lo juga! Bukannya nolak, malah diem aja" kata Hani protes.
"Gue selalu nolak dia kok. Apa lo gak pernah liat? Atau lo memang gak pernah perhatiin gue kalo nungguin gue latihan?" tanya Ryan menaikan sebelah alisnya.
Hani tau kalo Ryan selalu menolak Alina karna dia memperhatikan setiap gerak-gerik Ryan, tapi tetap saja sekarang dia sudah terlanjur jengkel.
"Sini. Lapin keringet gue" suruh Ryan menarik tangan Hani.
"Ryan, apaan sih? Dilihat yang lain" kata Hani pelan.
"Biar aja. Gue gak peduli" kata Ryan santai sambil tersenyum.
Hani yang melihat itu pun langsung tersenyum dan mendekat ke Ryan. Dia menyeka keringat di wajah laki-laki itu dengan pelan. Karna hal seperti ini sudah sering terjadi, anggota basket yang melihat itu pun hanya geleng-geleng kepala.
"Sudah" kata Hani yang sudah selesai menyeka keringat di wajah Ryan.
"Di badan gue belum" kata Ryan sedikit berbisik.
"Ryan!" jerit Hani pelan.
Ryan hanya tertawa tipis melihat reaksi Hani yang langsung salah tingkah. Dengan cepat dia menggenggam tangan Hani.
"Ayo, pulang" kata Ryan lembut.
Ryan pun menarik tangan Hani dan tidak lupa dia berpamitan pada anggota yang lain terlebih dahulu. Sedangkan Hani hanya diam karna masih salah tingkah, dia tidak menyangka jika Ryan berani berkata-kata seperti itu padanya.
~~~
Ryan sedang berada di kamarnya untuk mengerjakan tugasnya. Saat dia sedang fokus mengerjakan tiba-tiba saja sebuah notifikasi chat masuk ke ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love & Friend
Teen FictionApakah kalian percaya dalam hubungan PERSAHABATAN tidak akan tumbuh perasaan LAIN? 'Gue gak keberatan tetap jadi SAHABAT lo, tapi satu hal yang pasti. Perasaan gue gak bakal BERUBAH' - Adrienne Hani Dzemila 'Apa gue salah? Gue cuma gak mau kehilanga...