L&F Part 24

1K 72 0
                                    

Hani turun dari motor dan dengan cepat melepaskan helmnya. Dia berlari menuju pintu masuk yang tampak indah dan menarik dengan banyak lampu dan balon.

“Hani, jangan lari. Ini banyak orang, nanti lo jatoh” kata Ryan berjalan mendekati Hani.

“Ayo masuk” ajak Hani menarik lengan Ryan.

Bukannya langsung pulang ke rumah, mereka malah langsung ke pasar malam dengan memakai seragam. Untung saja mereka menggunaka jaket hingga masih terlihat casual.

“Ryan, gue mau itu” tunjuk Hani pada stand permen kapas.

Ryan pun berjalan bersama Hani untuk membeli itu.

“Ryan, gue mau es krim di situ” kata Hani yang baru saja pergi dari stand permen kapas.

“Hani, itu aja belum lo makan. Kok mau beli lagi?” tanya Ryan.

“Ini buat nanti. Sayang, bentuknya bagus” kata Hani murung sambil melihat permen kapas berbentuk bunga di tangannya.

Ryan pun menghela nafas dan menarik tangan Hani menuju ke stand es krim.

“Kalo itu harus langsung lo makan” kata Ryan setelah membayar.

“Iya, gue tau” balas Hani sambil memakan es krimnya.

“Lo gak beli?” tanya Hani.

“Gak, gue gak terlalu suka makanan manis” jawab Ryan.

“Padahal dulu lo suka” kata Hani.

“Sekarang udah beruban” balas Ryan.

“Kalo gitu, nih-“ kata Hani menyodorkan es krim strawberry-nya ke depan Ryan. “Rasain dikit aja.”

Ryan pun menerima itu dan memakan sedikit es krim Hani.

“Enak?” tanya Hani.

“Iya, enak. Tapi-“ kata Ryan sambil mengelap sudut bibir Hani. “Makannya jangan belepotan gini.”

Hani pun spontan mengelap bibirnya, sedangkan Ryan menjilat jarinya yang dia pakai mengelap bibir Hani.

Setelah itu mereka pun kembali berkeliling untuk membeli makanan di stand yang ada atau mencoba beberapa wahana di sana.

Sekarang tangan Hani sudah memegang permen kapas yang tadi dia beli dan juga boneka beruang yang cukup besar hasil perjuangan Ryan melempar kaleng.

“Mau main apa lagi?” tanya Ryan sambil meminum minumannya.

“Hm… itu. Aku mau naik itu” tunjuk Hani pada bianglala.

“Oke, kita ke sana” kata Ryan semangat.

Mereka berjalan ke sana, tapi tiba-tiba saja pandangan Hani terahlikan pada sebuah mesin photo booth. Hani menarik tangan Ryan.

“Ayo, ke situ dulu” ajak Hani.

“Lo yakin ngajak gue?” tanya Ryan ragu.

“Iyalah. Terus gue mau ngajak siapa?” tanya Hani balik.

“Gue malu, Han” kata Ryan.

“Cuma gue yang lihat” kata Hani menarik Ryan. “Gue mau buat kenang-kenangan sama lo” kata Hani lagi.

Setelah sampai di dalam, Hani dengan cepat memasukkan uangnya agar mesinnya bisa dipakai.

“Cepet, siap-siap” suruh Hani.

“Hah!” balas Ryan bingung.

Ckrek

Sebuah hasil foto keluar dengan Hani yang bergaya imut dan Ryan melihatnya dengan wajah bingung.

Love & FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang