L&F Part 22

455 42 0
                                    

Malam ini Hani benar-benar merasa gugup, apalagi saat dia sudah sampai di depan rumah besar milik Ryan.

Setelah pulang sore tadi, Hani meminta tolong pada Ryan untuk membantunya belajar karna dia tau Ryan termasuk murid yang pintar.

Flashback.
Hani turun dari motor Ryan dan melepaskan helmnya.

“Ryan, gue boleh minta tolong gak?” tanya Hani.

“Apa?” tanya Ryan lembut.

“Ajarin gue pelajaran fisika. Gue bener-bener gak paham” jawab Hani.

“Oke, tapi lo yang ke rumah gue” kata Ryan.

“Eh, gak, gak mau. Gue udah lama gak ke sana” kata Hani cepat.

“Yah sudah, belajar aja sendiri” kata Ryan siap-siap pergi.

“Eh… kok gitu sih” kata Hani kesal sambil menahannya.

“Jadi?” tanya Ryan menaikkan alisnya.

“Oke. Gue ke rumah lo” kata Hani pasrah. “Habis magrib gue OTW.”

“Oke gue tunggu” kata Ryan tersenyum.

Ryan pun langsung pergi dari sana.
Flashback END.

Dengan rasa gugup Hani menekan bel pintu itu. Tidak lama kemudian pintu itu terbuka dan menampakan wanita paru baya yang sangat cantik. Dia adalah ibu Ryan, Hasya.

“Loh? Hani toh” kata Hasya bersemangat.

Hasya langsung memeluk Hani yang masih terdiam karna gugup.

“Hani, apa kabar sayang?” tanya Hasya lembut.

Alhamdulillah, Hani baik Tante” jawab Hani.

Hasya sedikit terkejut dengan jawaban Hani. Memang tidak ada yang salah dengan itu, tapi dia merasa aneh saat gadis itu memanggilnya ‘tante’ bukan ‘bunda’ seperti biasanya.

“Syukurlah” balas Hasya.

“Hani udah datang?” tanya Ryan yang berjalan keluar.

“Ini, sudah” jawab Hasya tersenyum.

“Kalo gitu, Ryan sama Hani naik dulu yah, bun” kata Ryan.

Hasya pun mengangguk.

Ryan langsung menggandeng tangan Hani menaiki tangga menuju ke kamarnya dan Hasya tersenyum senang melihat hal itu.

Setelah sampai di sana dengan cepat Ryan kembali menutup pintu kamarnya.

Hani memperhatikan kamar itu dengan seksama. Berubah, itulah kata-kata yang mendeskripsikan tentang kamar Ryan.

Terakhir kali Hani masuk ke sini kamar itu masih berwarna biru, tapi sekarang kamar itu sudah di dominasi warna abu-abu.

“Masih mending kamar gue cuma meja rias yang berubah. Lah lo, berubah semua” kata Hani sinis.

Ryan hanya mendengus.

Hani berjalan mendekati meja di kamar itu.

“Ryan, cepat. Ajarin gue” perintah Hani.

“Gue bakal ngajarin lo, tapi-“ jeda Ryan berdiri sambil bersandar di lemari dengan tangan dilipat di dada. “Cium gue dulu” lanjutnya.

“HAH!” teriak Hani. “Ryan, lo kalo mau ngajarin orang gak usah minta aneh-aneh” protes Hani.

“Yah, terserah lo. Itu kan keputusan lo” kata Ryan santai. “Kalo lo mau gue ajarin yah kasih yang gue mau, tapi kalo gak yah-“

Cup

Love & FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang