L&F Part 07

397 49 0
                                    

Hani sedang duduk di kelasnya terdiam membaca setiap soal di kertas yang sedang dia pegang.

“Lo cantik juga yah” kata Maren menggodanya.

Hani hanya melirik sebentar, lalu kembali fokus ke kertas di depannya.

“Kayanya kalo lo jadi cewek gue, gue gak bakal rugi deh. Cantik, sexy lagi” kata Maren semakin jadi.

Hani yang sudah kesal pun langsung meletakan kertasnya cukup keras ke meja di depannya.

“Maren, bisa gak sih loh fokus ngerjain tugas lo aja!” kata Hani kesal. “Gue sudah bela-belain mau bantuin lo, tapi lo malah main-main dari tadi” kata Hani makin kesal.

“Siapa juga yang nyuruh lo bantuin gue” balas Maren santai.

“Lo memang gak nyuruh, tapi Bu Shinta yang minta tolong gue bantuin lo” kata Hani.

“Tapi itukan bukan kemauan gue” kata Maren tersenyum licik.

Hani menarik nafas dalam untuk bisa menenangkan dirinya yang sudah mulai naik darah karna laki-laki di depannya.

“Maren, pliss… Sekali ini aja lo jadi anak baik. Lo gak denger, Pak Hendra ngomong kalo lo sampe buat masalah lagi bisa-bisa lo gak naik kelas” jelas Hani.

Maren hanya diam sambil memandang Hani dengan datar.

“Gue begini karna gue peduli sama lo, teman sekelas gue” kata Hani lagi mencoba membujuk Maren.

Maren pun menghela nafas dan memperbaiki posisi duduknya karna tadi dia menaikkan kakinya ke meja.

“Mana yang dikerjain?” tanya Maren.

Hani pun tersenyum dan menyerahkan selembar kertas dari beberapa kertas yang tadi diberikan oleh gurunya.

Maren pun menerima itu dan mulai mengerjakan di bukunya. Hani yang ada di sana hanya diam dan melihat karna tugasnya adalah mengawasi dan membantu Maren jika ada yang dia tidak mengerti.

Drrt~Drrtt~Drrt

Hani yang merasa ada getaran dari ponselnya pun langsung mengambilnya dan mengangkat panggilan masuk itu tanpa pergi dari sana.

“Halo, Ryan” kata Hani.
“Lo dimana?” tanya Ryan to the point.
“Gue masih di kelas” jawab Hani.
“Ngapain?” tanya Ryan lagi.
“Lagi bantuin teman sekelas gue yang tugasnya banyak ketinggalan” kata Hani.
“Siapa?” tanya Ryan lagi.

Hani melirik ke arah Maren yang dari tadi memperhatikan dia yang sedang menelpon.

“Yah, teman sekelas gue” jawab Hani.
“Teman lo punya namakan?” kata Ryan mulai kesal.
“Gue kasih tau lo, belum tentu lo tau jugakan. Sudah yah, nanti gue nyusul lo ke lapangan habis ini. Byee” akhir Hani.

Hani langung mematikan panggilan dari Ryan.

“Pacar lo?” tanya Maren yang tau siapa orang yang menelpon Hani.

Hani langsung melihat Maren dengan senyum yang menurut Maren dipaksakan.

“Ryan bukan pacar gue” kata Hani.

“Terus?” tanya Maren lagi.

“Dia sahabat gue” jawab Hani.

“Sahabat tapi berlagak jadi pacar” kata Maren sinis. “Lo liat, bekas pukulan pas itu aja belum hilang.”

“Lo juga mukul dia dan lukanya juga belum hilang ” kata Hani membela Ryan.

“Cih!” sinis Maren.

Love & FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang