Sepi. Itulah suasana yang sedang dirasakan oleh Adrienne Hani Dzemila di kelas. Jelas sepi, karna semua orang sudah pulang dari tadi, sedangkan Hani harus bertahan di sini untuk mencatat materi pelajaran yang tertiggal karna dua hari kemarin dia tidak masuk.
"Ngapain juga sih, pake sakit" gumam Hani pada dirinya sendiri.
Sebenarnya Hani bisa saja mengerjakannya di rumah, hanya saja dia tau jika sudah sampai di rumah pasti dia akan merasa malas.
Saat Hani sedang sibuk dengan buku dan pulpen di depannya, tiba-tiba saja seseorang masuk ke dalam kelasnya dan langsung mengambil posisi duduk di depan meja Hani. Hani yang menyadari hal itu hanya diam dan tetap melanjutkan kegiatannya. Yah, dia adalah Amarnath Ryandra Kenzie.
"Masih lama?" tanya Ryan.
"Hm" jawab Hani.
"Lo marah?" tanya Ryan lagi.
Hani hanya menghela nafas kasar mendengar hal itu.
"Sorry, gue gak bisa jenguk lo pas sakit" katanya lagi.
"Ryan, bisa gak sih lo gak ganggu gue" teriak Hani kesal.
Ryan hanya bisa diam melihat Hani seperti itu.
Setelah itu suasana di kelas itu pun kembali hening, Hani kembali melanjutkan kegiatannya mencatat dan Ryan tetap duduk di sana sambil memainkan ponselnya.
Sebenarnya, Ryan dan Hani adalah sahabat sejak kecil karna mereka bertetangga dan hubungan mereka sangat dekat bahkan seperti saudara. Mereka sering melakukan apapun bersama, tentu saja hal itu juga di dukung oleh orang tua mereka yang sangat akrab juga
Tapi itu semua berubah saat Hani mulai melihat Ryan bukan sebagai sahabat kecilnya lagi, melainkan laki-laki seutuhnya dan itu sejak di sekolah menengah pertama. Setiap perhatian yang diberikan oleh Ryan kepada Hani bisa membuat Hani jadi salah tingkah dan melayang. Tapi karna takut ada perubahan sikap Ryan, Hani hanya dapat diam dengan perasaannya.
Walaupun itu semua tidak dapat ditahan lagi oleh Hani sejak mereka duduk di kelas satu sekolah menengah atas. Hani benar-benar tidak suka saat melihat banyak gadis mendekati Ryan karna notabene-nya Ryan memang sangat tampan dengan proporsi tubuh yang benar-benar bagus, ditambah lagi sikapnya yang cool. Entah kenapa Hani merasa seperti seorang anak kecil yang mainannya diambil orang lain.
Pada akhirnya, dengan keyakinan yang tinggi setelah naik ke kelas dua, Hani pun memutuskan untuk mengungkapkan perasaannya pada Ryan.
Flashback.
Hani dan Ryan sedang berjalan menuju ke parkiran untuk pulang bersama, karna Hani memang selalu pulang bersama dengan Ryan. Dengan hati yang berdegup kencang Hani meraih tangan Ryan dan Ryan pun berbalik untuk melihat sahabat kecilnya itu."Hm?" tanya Ryan dengan wajah tersenyum manis.
Perilaku seperti inilah yang membuat Hani salah tingkah. Sikap Ryan yang selalu manis dan lembut padanya.
"Ryan, gue mau ngomong sama lo" kata Hani.
"Apa?" tanya Ryan penasaran.
Hani menarik nafas dalam dan menatap serius mata Ryan.
"Gue suka sama lo" kata Hani to the point.
Ryan yang mendengar hal itu hanya memandang Hani dengan wajah kebingungan.
"Maksud lo?" tanya Ryan.
"Gue suka sama lo, Ryan" kata Hani sekali lagi. "Bukan sebagai sahabat, tapi gue cinta sama lo" sambung Hani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love & Friend
Roman pour AdolescentsApakah kalian percaya dalam hubungan PERSAHABATAN tidak akan tumbuh perasaan LAIN? 'Gue gak keberatan tetap jadi SAHABAT lo, tapi satu hal yang pasti. Perasaan gue gak bakal BERUBAH' - Adrienne Hani Dzemila 'Apa gue salah? Gue cuma gak mau kehilanga...