Pagi ini Hani berangkat ke sekolah sangat awal. Dia meminta ayahnya untuk mengantarnya. Bukan tanpa sebab dia melakukan itu, tapi untuk menghindari Ryan karna kejadian kemarin.
Perasaan Hani benar-benar campur aduk sekarang. Marah, sedih, kesal semuanya menjadi satu.
Saat Hani berjalan menuju ke kelasnya, betapa terkejutnya dia yang melihat Maren sudah ada di sana sedang mengerjakan sesuatu.
“Maren” panggil Hani lembut.
“Lo udah dateng? Tumben” kata Maren santai.
“Gak papa, lagi pingin berangkat awal” jawab Hani.
Hani mendekati Maren dan ternyata Maren sedang mengerjakan tugasnya.
“Maren, sorry soal yang kemarin” kata Hani lesu.
“Hm, santai aja” balas Maren.
“Tugas lo masih banyak yah? Gue bantuin yah?” kata Hani mencoba membantu.
“Tinggal ini doang. Tadi malam sudah gue kerjain sebagian” kata Maren.
“Beneran? Bukannya kemarin masih banyak?” tanya Hani tidak percaya.
“Gue gak mau lo dimarahin Bu Shinta gara-gara gue” kata Maren.
Hani yang mendengar hal itu entah kenapa merasa terharu. Seperti yang dia pikirkan, Maren tidak seburuk yang dipikirkan orang-orang termasuk Ryan.
Hani pun langsung tersenyum dan menepuk-nepuk kepala Maren.
“Uw… ternyata Maren bisa baik juga ke cewek” kata Hani menggoda.
“Apaan sih” kata Maren kesal menarik tangan Hani.
Hani yang saat itu kehilangan keseimbangan malah jadi membungkuk ke arah Maren hingga matanya bertemu dengan mata Maren. Waktu seakan berhenti bagi mereka karna tidak ada satupun yang berniat melepaskan pandangan itu.
“Ekhem!”
Sebuah suara menyadarkan kedua orang yang sedang bertatapan itu. Ternyata itu adalah Zielle, dia memang selalu datang awal.
“Baru aja nyampe, sudah diperlihatkan adegan romantis bak drama korea” sindir Zielle.
Hani dan Maren yang disindir seperti itu hanya diam karna masih salah tingkah dan yang paling terlihat adalah Hani, sedangkan Maren masih bisa mengontrol ekspresinya.
“Lo juga, Maren. Tumben datang cepat. Biasa juga langganan hormat bendera” kata Zielle mengolok.
“Diam lo, sialan” umpat Maren.
“Gue punya mulut. Wajar kalo gue ngomong” balas Zielle tidak mau kalah.
Hani yang melihat hal itu hanya menghela nafas sambil memegang kepalanya yang tiba-tiba pusing. Dia benar-benar tidak mengerti kenapa temannya satu ini sama sekali tidak bisa mengontrol mulutnya.
Pertengkaran keduanya pun dimulai, tentu saja juga karna kejadian foto kemarin.
~~~
Bel pulang sudah berbunyi dan semuanya mulai meninggalkan kelas untuk pulang atau melakukan kegiatan eskul.
Hani melangkahkan kakinya menuju kelas Keyzia dan beruntung sahabatnya itu belum pulang karna baru saja keluar kelas.
“Keyzia!” panggil Hani sedikit berteriak.
Keyzia langsung berbalik badan dan menunggu Hani yang berjalan mendekat.
“Hani? Kenapa?” tanya Keyzia to the point.
“Gue mau pulang sama lo” kata Hani.
“Bukannya lo sekarang sudah pulang bareng Ryan lagi?” tanya Keyzia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love & Friend
Teen FictionApakah kalian percaya dalam hubungan PERSAHABATAN tidak akan tumbuh perasaan LAIN? 'Gue gak keberatan tetap jadi SAHABAT lo, tapi satu hal yang pasti. Perasaan gue gak bakal BERUBAH' - Adrienne Hani Dzemila 'Apa gue salah? Gue cuma gak mau kehilanga...