L&F Part 38

351 38 2
                                    

Sudah seminggu sejak kejadian di acara anniversary Shamika dan Arghi. Sejak hari itu juga Hani belum bertemu dengan Ryan.

Selama seminggu ini Hani benar-benar tidak bisa berpikiran tenang sama sekali.

Mulai dari pertemuan dengan keluarga teman ayahnya untuk bertemu orang yang akan dijodohkan dengannya sampai Karin yang masih mencoba menemuinya untuk mengganggunya seperti hari ini.

“Lo bener-bener gak punya malu ya!”

“Karin! Mending lo tutup mulut terus pergi dari sini” kata Hani kesal.

“Bisa gak sih lo jauhin Ryan!” teriak Karin mulai kesal.

“Denger! Gue gak pernah deketin Ryan. Kalo dia gak mau sama lo itu hak dia. Jangan malah nyalahin gue!” kata Hani mulai emosi.

Karin benar-benar sangat marah pada Hani. Sejak kejadian hari itu, Karin sama sekali tidak bisa berbicara dengan Ryan karna laki-laki itu selalu menghindarinya.

“SATPAM!”

Seorang berseragam masuk ke dalam restoran.

“Iya, mbak?”

“Suruh dia pergi dari sini. Jangan sampe dia masuk ke sini lagi” kata Hani.

Akhirnya dengan paksa Karin ditarik keluar.

Hani benar-benar tidak habis pikir dengan gadis itu. Bagaimana bisa dia sangat terobsesi untuk mendapatkan Ryan, tentu saja sudah jelas alasannya adalah uang.

Hani menghela nafas berat sambil memegang kepalanya yang tiba-tiba terasa sakit.

Drrrtt~drrtt~

“Halo”
“Halo, Han”
“Kenapa, Key?”
“Malam ini temuin gue yah. Gue mau curhat sama lo”
“Memang mau curhat apa? Soal Vian” goda Hani.
“Apaan sih! Bukan kali” elak Keyzia.
“Padahal kalian cocok loh” kata Hani.
“Ih… jangan gitu. Pokoknya temenin gue malam ini!”
“Iya, iya. Mau dimana?”
“Di kafe deket pantai yang biasa lo datengin aja”
“Oke. Nanti chat aja, biar gue langsung OTW”
“Sipp!”

Sambungan telpon pun terputus.

“Seenggaknya gue bisa agak santai” gumam Hani tersenyum.

Tok~tok~tok

“Masuk!”

Pintu pun terbuka dan orang yang tadi mengetuk langsung masuk.

“Maren! Ngapain pake ngetok segala. Biasa juga langsung masuk” kata Hani.

“Biar kelihatan sopan aja” balas Maren.

“Hahahaa… apa-apaan itu” kata Hani tertawa.

“Nih, es krim” kata Maren menyerahkan bungkusan berisi es krim pada Hani.

“Thank you” kata Hani tersenyum. “Kalo lo pergi, nanti gak ada yang bawain gue es krim lagi dong.”

“Memangnya cuma gue yang bisa beliin lo es krim” kata Maren malas.

Love & FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang