"Sorry" kata Ryan fokus menyetir.
"Untuk apa?" tanya Hani lembut.
"Gue ngungkit-ngungkit kejadian dulu. Padahal gue yang minta lo buat ngelupain semuanya" jawab Ryan.
"Santai aja, Yan. Gue ngerti kok perasaan lo" kata Hani.
Ryan melirik ke Hani yang hanya memandang ke luar jendela.
"Kita mampir dulu yah" kata Ryan.
"Kemana?" tanya Hani.
"Kemana aja" jawab Ryan santai.
Hani hanya memandang bingung ke Ryan.
20 Menit Kemudian.
Ternyata Ryan mengajak Hani ke pantai, walaupun hanya dari jauh.
Hani keluar dari mobil dan langsung duduk di kap mobil Ryan dengan masih menggunakan jas milik Maren. Sebenarnya dia sempat mengembalikannya, tapi Maren bersih keras agar Hani tetap menggunakannya.
"Mulai dari dulu lo suka banget yah sama laut" kata Ryan.
"Sebenernya bukan suka, lebih tepatnya gue bisa ngerasa tenang kalo lihat laut" jelas Hani.
"Maksud lo?" tanya Ryan.
"Gue ngerasa bisa tenang dari pikiran-pikiran yang berat. Kaya sekarang" jawab Hani.
"Memangnya lo mikirin apa sampe butuh ketenangan?" tanya Ryan lagi.
Hani langsung menoleh ke Ryan yang ada di sampingnya.
"Gimana kalo gue bilang, gue lagi mikirin kesalahan gue empat tahun yang lalu?" tanya Hani sedih.
Ryan hanya diam sambil menatap kedua mata Hani yang menyiratkan kesedihan dan penyesalan.
"Gue pergi gitu aja, tanpa jelasin ada apa ke orang-orang terdekat gue" kata Hani pelan. "Gue bener-bener ngerasa bersalah. Sama temen-temen gue dan juga lo, pacar gue saat itu. Padahal kita baru aja jadian" lanjut Hani.
Hani menundukan kepalanya. Rasanya air matanya bisa keluar kapanpun jika dia melanjutkan pembicaraan ini.
"Bukan cuma lo yang ngerasa bersalah, gue juga" kata Ryan tiba-tiba.
Hani melihat Ryan yang sedang menatap lurus ke depan.
"Hari itu, gue kebawa emosi sampai gak dengerin penjelasan lo. Gue pergi gitu aja ninggalin lo di luar" kata Ryan sedih.
Hani hanya diam mendengarkan.
"Lo tau, besoknya gue pergi ke rumah lo buat minta penjelasan dan minta maaf karna gue ngerasa gue udah keterlaluan. Tapi apa yang gue lihat, orang lagi masang spanduk yang tulisannya 'RUMAH DIJUAL'" jelas Ryan mencoba tertawa. "Detik itu juga, gue langsung blank, gue gak tau harus gimana."
"A, apa lo bener-bener ngerasa sesedih itu waktu gue pergi?" tanya Hani menahan tangisannya.
"Gue udah sama lo mulai umur empat tahu, Han. Mungkin seiring berjalannya waktu kita mulai jaga jarak satu sama lain karna kita udah besar. Tapi tetep aja, tempat ternyaman gue setelah keluarga gue itu di samping lo" jelas Ryan. "Walaupun saat itu kita gak pacaran, gue pasti tetep sedih karna lo pergi ninggalin gue" kata Ryan lagi menatap Hani.
Hancur sudah pertahanan Hani, air mata yang dia tahan dari tadi akhirnya mengalir di pipinya.
"Lo mikir, kalo lo mutusin hubungan sama gue, gue bisa nyari pengganti lo. Tapi Han, itu gak segampang itu" kata Ryan. "Memang banyak cewek di luar sana yang mau deket sama gue, tapi belum tentu mereka ngerti gue. Apa yang gue suka, apa yang gue gak suka. Itu semua cuma lo yang tau."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love & Friend
Teen FictionApakah kalian percaya dalam hubungan PERSAHABATAN tidak akan tumbuh perasaan LAIN? 'Gue gak keberatan tetap jadi SAHABAT lo, tapi satu hal yang pasti. Perasaan gue gak bakal BERUBAH' - Adrienne Hani Dzemila 'Apa gue salah? Gue cuma gak mau kehilanga...