Hani menatap pantai yang ada di depannya dalam diam, bahkan angin malam yang dingin tidak dia pedulikan.
Pikirannya sekarang sedang kacau. Dia menyesal telah mengusir Ryan kemarin malam. Dia sadar sikapnya terlalu dingin kepada laki-laki itu, padahal laki-laki itu hanya mencemaskannya. Tapi sekali lagi, dia memang terlalu kejam hingga membuat laki-laki itu marah.
Pagi ini, seperti biasa Hani menunggu kedatangan Ryan untuk menjemputnya. Tapi sayang, laki-laki itu tidak datang dan akhirnya dia berangkat dengan ayahnya. Lalu saat istirahat, Hani sengaja ikut dengan teman-temannya ke kantin untuk melihat Ryan, tapi sekali lagi itu percuma karna dia tidak melihat laki-laki itu ada di kantin. Padahal Hani tau jika Ryan selalu nongkrong di kantin saat istirahat.
Setetes air mata jatuh saat Hani merasa sakit karna memikirkan tentang Ryan.
“Hani” panggil Ryan lembut dari belakang.
Hani pun langsung menoleh dan terkejut saat melihat Ryan ada di sana dengan senyum manisnya.
Karna tidak tau harus bereaksi seperti apa, Hani malah mencoba untuk pergi dari sana. Padahal dari tadi pagi Hani berharap bisa melihat laki-laki itu.
“Tunggu! Lo mau kemana?” cegah Ryan.
“Gue mau balik ke dalam” jawab Hani tanpa melihat Ryan.
Ryan mendekat kepada Hani dan menggenggam tangan gadis itu. Dia menarik Hani agar melihat ke arahnya.
“Gue mau ngomong sesuatu sama lo” kata Ryan serius.
Hani hanya diam karna tidak mengerti dengan situasi ini. Ryan menarik nafasnya dalam sambil memejamkan matanya. Saat hatinya sudah siap dia langsung menatap kedua mata Hani dengan serius.
“Hani, gue suka sama lo” kata Ryan serius.
Seketika Hani membulatkan kedua matanya tidak percaya dengan apa yang dia dengar.
“A,a,apa? Lo bilang apa?” tanya Hani memastikan.
“Gue suka sama lo. Buka sebagai teman atau sahabat, tapi lebih dari itu” kata Ryan meyakinkan.
Hani yang mendengar hal itu benar-benar tidak menyangka.
“Gue sadar. Kalo gue sudah bertingkah lebih dari sahabat dan itu karna gue gak suka lo deket sama cowok lain. Gue juga sadar sepenuhnya kalo gue gak mau cuma jadi sahabat lo. Gue mau lebih dari itu, biar gue bisa selalu di samping lo” jelas Ryan.
Hani yang sudah tidak kuat pun langsung menangis. Bukan karna dia sedih, tapi dia senang karna akhirnya perasaannya terbalaskan.
“Han, lo gak papa?” tanya Ryan khawatir. “Atau perasaan lo ke gue sudah gak ada?” tanya Ryan lagi.
Hani menggeleng.
“Gue masih suka sama lo. Hiks, gue juga masih sayang sama lo” kata Hani terisak.
Ryan pun menarik Hani ke dalam pelukannya.
“Thanks, Han” kata Ryan senang. “Mulai sekarang lo bukan cuma sahabat kecil gue, tapi pacar yang harus gue jaga” kata Ryan.
Hani pun mengeratkan pelukannya. Siapa sangka jika apa yang dia nantikan akan terjadi sekarang.
Hani melepaskan pelukannya dan menatap Ryan dalam.
“Yan, lo serius kan?” tanya Hani serius.
“Lo ngomong apa sih? Yah, gue serius lah” balas Ryan tertawa. “Kalo gue gak serius, ngapain gue nyewa kafe ini” kata Ryan lagi.
“Apa? Lo yang nyewa?” tanya Hani bingung.
“Iya, khusus buat lo” kata Ryan.
“Tapi, ini kan-“ kata Hani terpotong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love & Friend
Teen FictionApakah kalian percaya dalam hubungan PERSAHABATAN tidak akan tumbuh perasaan LAIN? 'Gue gak keberatan tetap jadi SAHABAT lo, tapi satu hal yang pasti. Perasaan gue gak bakal BERUBAH' - Adrienne Hani Dzemila 'Apa gue salah? Gue cuma gak mau kehilanga...