"Gue suka sama lo, tapi bukan sebagai Kakak."
"Gue nggak bisa! Gue nganggap lo cuma sebagai Kakak nggak lebih," ujar Anna menolak lelaki di hadapannya.
Lelaki itu menggenggam tangan Anna "An, apa salahnya kalau kita mencoba?"
"Lo gila! Gue nggak mau, gue nolak lo!"
"Kenapa? Apa karena Fenly?" tanya nya,
"sadar, An, kalian itu nggak bisa bersama!"
Anna berdecak sebal, melepaskan genggaman lelaki tersebut "Terus apa menurut lo kita bisa bersama? Enggak!" balas Anna penuh penekanan.
Tak lama, Anna pun berbalik pergi, meninggalkan lelaki tersebut. Ia tidak mau berdebat terlalu jauh dengan lelaki tersebut.
Anna mengeringkan rambutnya menggunakan handuk. Ia baru saja selesai mandi. Kini ia mencari hair dryer di dalam laci.
"Apa Bang Shan pake hair dryer gue ya," monolognya.
Bruk!
Sebuah buku terjatuh, Anna tidak sengaja menyenggol buku tersebut.
Gadis itu tertegun melihat buku tersebut. Pikirannya kembali ke masa lalu, dimana Zweitson sering membawa buku tersebut.
Anna membawa buku itu, menyimpannya di meja. Bibirnya tersenyum sendu, kini bukunya terlihat begitu usang.
Ia membuka lembaran buku tersebut. Dadanya masih terasa sesak, setiap melihat isi buku tersebut.
Anna memejamkan matanya, menahan agar tidak ada air mata yang keluar.
Ia pun mengambil kotak kecil, di lemari bajunya. Ia membuka kotak tersebut, di dalamnya terdapat sebuah gelang berinisial ZA.
Gelang pemberian Zweitson sebelum meninggal. Sengaja ia simpan agar tidak rusak. Anna memakai gelangnya, bibirnya tertarik membentuk senyuman.
"Cantik," gumamnya.
Anna melihat secarik kertas, di dalam kotak tersebut. Kertas yang ia kumpulkan saat kelas 10. Ia selalu menemukan kertas tersebut di kolong meja kelasnya setiap hari.
Mengingat itu, Anna teringat pada Mr. Rahasia. Ia masih belum bisa memecahkan siapa orang di balik Mr. Rahasia itu.
Mata Anna menyipit, tulisannya terasa tidak asing baginya. Ia menarik buku milik Zweitson, mencocokkan tulisannya.
Tubuh Anna bergetar, ia terkejut melihat kedua tulisan tersebut yang terlihat begitu mirip.
Anna menggelengkan kepalanya, ia tidak menyangka dengan semua ini. Ia menutup mulutnya, air mata yang sedari tadi ia tahan, kini mengalir begitu saja.
Mr. Rahasia itu Zweitson. Kakak kelas yang mencintai dirinya. Ternyata adalah penggemar rahasianya saat SMA.
Bisakah ia mengulang masa-masa itu?
Masa dimana, ia masih bisa melihat senyuman lelaki tersebut. Ia ingin kembali ke masa itu, ingin menerima lelaki tersebut menjadi kekasihnya.
"Aaaaa!" teriak Anna frustrasi, ia menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya.
"Zwei, kenapa gue baru sadar sekarang?" isaknya.
Brak!
Shandy dan Gilang muncul di balik pintu, menghampiri Anna yang terlihat kacau.
"An, lo kenapa?" tanya Gilang panik, setelah mendengar teriakan Anna.
Tangis itu semakin terdengar nyaring.
"De, lo kenapa?" Kini Shandy ikut bertanya. Ia bingung dengan keadaan Anna yang begitu mendadak.
Gilang menoleh pada meja di hadapan Anna. Ia melihat buku yang tergeletak di sana. Gilang tahu betul, pemilik dan isi buku tersebut.
Gilang menarik Anna ke dalam pelukannya, membiarkan gadis itu menangis.
Shandy menatap kedua orang tersebut, dahinya berkerut. Ia tidak mengerti dengan situasi ini.
"Bang, Mr. Rahasia itu Zwei, Bang. Kenapa gue baru sadar?" rengek Anna di sela tangisnya,
"bisa-bisanya gue nggak sadar semua itu, Bang!"
Gilang mempererat pelukannya, mengelus punggung gadis itu.
"Gue mau Zwei balik, gue pengen memperbaiki semuanya. Gue mau nerima dia jadi pacar gue, Bang."
"Nggak bisa, An, semua nggak bisa di ulang. Ini sudah takdir Tuhan," ujar Gilang.
Kini Shandy mengerti. Lelaki itu mendekat, mengelus puncak kepala Anna.
"An, sadar. Lo nggak boleh kaya gini, lo harus lanjutin kehidupan lo. Kalau lo kaya gini, gue yakin, Zwei bakal sedih, karena gadis kesayangannya malah berlarut dengan kesedihannya."
Anna tidak mendengar ucapan Shandy, ia masih sibuk dengan penyesalannya. Tangisnya semakin terdengar pilu.
Beberapa menit berlalu, perlahan tangisnya mereda. Namun tubuh Anna mulai melemah, bahkan ia tidak bisa menahan berat tubuhnya sendiri. Hingga akhirnya ia pingsan di dalam pelukan Gilang.
Mungkin raganya sudah tidak ada disini. Namun kenangannya, masih teringat jelas di sini, di hati dan pikiran.
Gimana untuk prolog nya??
Suka nggak ?
Menurut kalian siapa ya, yang bilang suka ke Anna??
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap Pelindung 2 : Cerita yang belum usai [END]
FanfictionAnnabelle kini kembali ke tanah kelahirannya, setelah 2 tahun memilih tinggal di luar negeri sendiri. Ia kira, setelah ia kembali tidak akan ada yang berubah. Tapi pikirannya salah, semua orang telah berbeda. Jika dulu ia perlakukan selayaknya rat...