Leo mengobati luka Anna. Kini mereka berdua berada di rumah Anna yang baru.
"Gue bisa obatin luka gue sendiri kok," ujar Anna. Namun, Leo tidak menggubrisnya. Lelaki itu masih saja mengobati luka Anna yang tadi Fenly pukul.
"Lo mau ngapain?" tanya Anna saat Leo mengangkat kakinya.
"Pengen lihat luka lo, gue takut makin parah," balas Leo.
Anna menganggukkan kepalanya. "Gimana?"
"Kayaknya makin bengkak deh. Tapi tenang, gue udah panggil tukang urut kok, bentar lagi mungkin sampai."
Anna menganggukkan kepalanya. "Makasih ya, maaf ngerepotin terus," ujarnya.
Leo berdeham duduk di hadapan Anna.
"Gue ambilin minum dulu ya."
"Nggak usah," tolak Leo.
Anna mengerutkan keningnya.
"Kaki lo lagi sakit, kalau makin parah gimana? Gue nggak mau ya sampai harus tanggungjawab atas kecerobohan lo sendiri, " cibir Leo.
Anna menganggukan kepalanya, ia mulai terbiasa dengan perkataan Leo yang kadang membuat hatinya sakit.
"Mau ke kamar?" tanya Leo, ia memperhatikan wajah Anna yang terlihat kelelahan.
"Tapi lo nggak bakal macem-macem kan?" ucap Anna memastikan, takut jika ternyata lelaki di hadapannya lelaki mesum.
"Emang lo pikir gue bakal apain lo?" ujar Leo, membopong tubuh Anna.
"Lagian gue juga mikir-mikir dulu kali, cewek kayak lo pantes atau nggak buat gue?"
Mulut Anna menganga, ia tidak percaya atas jawaban yang di berikan Leo. Padahal, awalnya ia hanya bertanya saja.
"Lo itu nggak secantik Lalisa, jadi jangan so kecantikan," sarkasnya.
Anna mendelik sebal, bisa-bisanya Leo membandingkan dirinya dengan Lisa yang tentu bukan saingannya.
"Kok di rumah lo nggak ada orang? Pada kemana?" tanya Leo mulai penasaran, karena suasana rumah Anna yang begitu hening seperti tidak berpenghuni.
"Gue tinggal sendiri disini," balas Anna, wajahnya terlihat murung.
"Sendiri? Di rumah sebesar ini?" Anna berdeham, kepalanya ia anggukan.
Kini mereka telah sampai di kamar Anna. Leo mendudukan Anna di bibir kasur.
"Bokap, nyokap lo kemana?"
"Mereka udah meninggal, dan rumah ini salah satu peninggalan mereka buat gue," balas Anna memundurkan tubuhnya dan bersandar.
"Kakak lo? Bukannya lo punya Kakak laki-laki ya?"
Anna menggelengkan kepalanya. "Gue anak tunggal, gue nggak punya Kakak ataupun Adik."
Tak lama, Anna mengerutkan keningnya. "Darimana lo tahu gue punya Kakak?" tanya Anna penuh selidik.
Leo meneguk salivanya dengan susah payah. Mulutnya begitu terasa kelu.
"Gue pe-pernah lihat lo di antar sama cowok, yang lebih tua dari lo. Ma-makanya gue tahu."
Anna menganggukkan kepalanya. Percaya pada semua ucapan Leo.
"Dia Abang angkat gue. Setelah bokap sama nyokap meninggal gue di titipin ke sahabat bokap," jelas Anna tak sungkan, toh Leo bukan tipe orang tukang Gibah, jadi Anna bisa mempercayai lelaki itu.
Leo hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Rasanya sudah cukup jawaban Anna.
"Eh, gue mau tanya, sebenarnya tadi lo kenapa ada di tempat itu?" tanya Leo, ia penasaran saat melihat Anna berada di daerah yang cukup jauh dari rumah dan kampusnya itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/290230952-288-k141556.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap Pelindung 2 : Cerita yang belum usai [END]
FanficAnnabelle kini kembali ke tanah kelahirannya, setelah 2 tahun memilih tinggal di luar negeri sendiri. Ia kira, setelah ia kembali tidak akan ada yang berubah. Tapi pikirannya salah, semua orang telah berbeda. Jika dulu ia perlakukan selayaknya rat...