"Maksud lo labrak Bang Shandy itu apa?" tanya Gilang memasuki kamar Anna tanpa permisi.
Anna mendelik, moodnya baru saja membaik. Tapi kini Gilang tiba-tiba memasuki kamarnya dan memarahinya.
"Kalau di tanya itu jawab! Punya mulut kan lo?" sarkas Gilang membuat Anna semakin malas berhadapan dengan Gilang.
"Keluar lo dari kamar gue," usir Anna ketus.
"Gue bakal pergi, asalkan lo jawab dulu pertanyaan gue," balas Gilang, memegang kedua bahu Anna.
Dada Anna naik turun tak beraturan, entah kenapa emosinya tiba-tiba terpancing.
"Lo jangan bodoh, An!" bentak Gilang, "lo tahu, pas tadi di Cafe itu Shandy ketemu sama cewek itu bareng gue."
Mendengar itu Anna tertegun, menatap mata milik Gilang, mencari kebohongan di balik sana. Namun nihil, lelaki itu mengatakannya dengan jujur.
"Gue sama Shandy ketemu cewek itu buat nyari pelaku di balik pengeditan foto lo waktu itu," ujar Gilang meninggi,
"tapi lo malah ngehancurin semuanya. Lo malah mempermalukan Shandy sama cewek itu. Bodoh!"
Gilang pun mendorong tubuh Anna, hingga gadis itu jatuh ke kasur miliknya. Gilang mengacak rambutnya frustrasi, ia bingung harus bersikap bagaimana lagi pada gadis tersebut.
Nyatanya bersikap kasar pada gadis itu hanya akan membuat mereka jauh.
"Gu...gu...gue ng...nggak tahu, Bang," lirih Anna merasa bersalah.
"Punya otak tuh di pakai, jangan main emosi aja," ketus Gilang mengalihlan perhatiannya ke dinding,
"setidaknya tanya dulu, hargai orang yang rela berkorban demi lo."
Gilang pun pergi meninggalkan Anna, ia tidak mau membuat gadis itu semakin jauh dengan dirinya.
Anna tertunduk, meremas seprai yang ia gunakan. Ia merutuki kebodohannya sendiri, bisa-bisanya ia bersikap bodoh seperti itu.
"Argh... ."
****
Kini Anna telah kembali ke kampus. Ia telah bebas dari tuduhan yang terjadi beberapa waktu yang lalu.
Ia memijat dahinya sendiri, keadaannya terlihat tidak baik-baik saja. Terlihat dari kantung mata yang gadis itu miliki sekarang.
Ia menghelas napas, kala mengingat Shandy dan Gilang. Kedua lelaki itu seperti menghindarinya sekarang. Padahal ia ingin sekali meminta maaf pada Shandy dan Gilang.
Anna menegakan tubuhnya, tak sengaja ia melihat sepasang kekasih yang sedang asik mengobrol. Bibirnya tertarik membentuk senyuman, ia teringat pada Fenly yang beberapa hari ini menghilang dari kehidupannya.
Anna menghentikan langkahnya. Ia memejamkan matanya, berusaha menenangkan hati dan pikirannya.
Namun tak berapa lama, sebuah tangan menepuk bahu Anna. Gadis itu menoleh, melihat pemilik tangan tersebut.
"Leo? kenapa?" tanya Anna sedikit terkejut, pasalnya tidak biasanya Leo menyapanya seperti ini.
Leo menggelengkan kepalanya. Tangannya terangkat memegang pipi Anna, agar terlihat jelas oleh kedua mata lelaki tersebut.
"Lo kenapa? Kurang tidur? Kantung mata lo sampai kaya gitu loh."
Anna menggelengkan kepalanya, melepaskan tangan Leo dari pipinya. Ia tidak mau jika sampai ada yang salah paham mengenai hubungan Anna dan Leo, terutama Fenly, bisa gawat jika lelaki itu melihat perlakuan Leo padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap Pelindung 2 : Cerita yang belum usai [END]
FanficAnnabelle kini kembali ke tanah kelahirannya, setelah 2 tahun memilih tinggal di luar negeri sendiri. Ia kira, setelah ia kembali tidak akan ada yang berubah. Tapi pikirannya salah, semua orang telah berbeda. Jika dulu ia perlakukan selayaknya rat...