8. Teriakan

427 97 8
                                    

"Pa, ini gimana? Mereka ngikutin kita, Mama takut," ujar seorang wanita paruh baya pada sang suami.

Kini mereka berada di dalam sebuah mobil, kedua pasangan tersebut sedang di kejar oleh orang-orang jahat.

Dor!

Suara tembakan mulai terdengar, mobil yang mereka tumpangi mulai oleng, tidak bisa di kendalikan.

Wanita tersebut memegang seatbelt dengan kuat.

"Pa, kita berhenti aja. Mama nggak mau kita mati konyol," ujarnya.

Sang suami masih fokus menatap jalanan "Berhenti atau tidak, kita akan tetap mati, Ma. Karena manusia sialan itu ingin kita mati."

"Mama, takut Pa."

Pria tersebut menggenggam tangan wanita tersebut "Kita hadapi sama-sama. Jika memang kita harus mati, mungkin ini sudah takdir dari Tuhan."

Wanita itu mengangguk pelan. Ia sangat ragu, tapi bagaimana lagi, ia harus menghadapi semua ini bersama.

Apalagi suasana jalanan ini sangat sepi, hanya ada pepohonan saja. Orang-orang yang mengejarnya begitu licik, mereka bisa membuat kedua pasangan ini berjalan ke arah yang sepi.

"Pa, jika kita pergi, Lia bagaimana? Aku takut, jika manusia keji itu tidak membiarkan Lia hidup, karena bagaimanapun dia lah yang akan menjadi pewaris tunggal jika kita meninggal."

"Lia akan aman, mereka tidak akan bisa menyentuh Lia. Aku percaya pada sahabatku, dia akan bisa merawat Lia dengan baik," ujar Pria tersebut yakin.

Dor!

Mobil mereka semakin tidak bisa kendalikan. Pria tersebut menoleh menatap istrinya yang sudah ketakutan.

"Mari hidup bersamaku selamanya!"

Brak!

"Aaaaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Aaaaa... ." teriak Anna, dengan keringat yang bercucuran. Napasnya berhembus tak beraturan.

Gadis itu menoleh ke samping, mendengar suara tangis dari sang adik.

Di sisa tenaganya, ia menghampiri ranjang adiknya. Ia menenangkannya, karena bagaimanapun Elsa terbangun karena teriakan dari Anna.

Brak!

"Lo ngapain teriak-teriak bego!" bentak lelaki tersebut mendorong tubuh Anna hingga tersungkur mengenai lemari.

"Shandy!" teriak Gilang tidak percaya dengan perlakuan Shandy pada Anna.

Segera Gilang menghampiri Anna, membantunya berdiri.

"Lo gila! Kenapa lo dorong Anna?"

Shandy mendelik sebal "Nggak usah bacot lo! Gue punya urusan sama nih cewek bukan sama lo," pekiknya.

Sayap Pelindung 2 : Cerita yang belum usai [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang