"Satu jam berapa, An?" tanya seorang lelaki terkekeh kecil bersama temannya.
Anna mengerutkan keningnya, ia tidak mengerti maksud lelaki tersebut.
"Maksudnya gimana ya?"
"Halah, nggak usah so polos lo," balas teman lelaki tersebut,
"di kampus kelihatan polos, eh pas di luar kampus ganas."
Anna menghela napas, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia benar-benar tidak mengerti maksud kedua lelaki tersebut.
Tidak mau ambil pusing, Anna kembali melanjutkan langkahnya, menghiraukan kedua lelaki tersebut.
Anna melirik ke sekitarnya, semua orang menatapnya tajam. Ia menatap pakaiannya, takut-takut ada yang salah dari pakaiannya. Namun, ia rasa pakaiannya tidak terlalu mencolok, bahkan terkesan sopan, tapi kenapa semua orang menatapnya tajam.
Perlahan, Anna mendengar bisik-bisik dari mereka. Anna sadar betul, jika mereka sedang membicarakannya.
Anna menghela napas, melanjutkan langkahnya, bersikap layaknya orang tuli.
Brak!
Tubuh Anna tersungkur ke lantai. Angel dan teman-temannya mendorong tubuh Anna dengan kasar.
Anna menghela napas, kini ia mulai terbiasa dengan perilaku mereka. Anna mulai bangkit membersihkan pakaiannya.
"Cewek kayak lo nggak pantas disini!" bentak Angel mewakili teman-temannya.
"Lo siapa? Kenapa bisa menilai orang seperti itu?" balas Anna.
"Yang pasti, harga diri gue lebih tinggi daripada harga diri lo yang rendah," ucap Angel penuh penekanan.
"Jaga mulut lo!" pekik Anna, ia mulai terpancing emosi,
"lo bukan siapa-siapa di hidup gue, nggak sepantasnya lo menilai seperti itu."
Angel menyunggingkan senyumnya. "Gue emang nggak terlalu kenal sama lo, tapi gue bisa nilai dari sini." Angel memperlihatkan sebuah gambar di ponselnya, gambar yang menunjukkan Anna dengan seorang pria paruh baya.
"Bisa lo jelasin!"
Anna menggelengkan kepalanya. "Itu bukan gue," bantahnya, ia tidak percaya akan ada berita seperti itu tentangnya.
"Mana ada sih jalang ngaku," sarkas Angel, mengundang sorakan dari sekitarnya.
"Pergi lo, nggak pantes jalang ada disini!"
"Mati aja lo sana, nggak guna!"
"Beban keluarga."
"Beban Negara."
"Gue kira sultan, ternyata jalang."
Begitulah umpatan yang di berikan orang-orang. Anna menutup telinganya, ia tidak mau mendengar umpatan tersebut.
Gadis itu memejamkan matanya, berusaha menenangkan pikirannya sendiri. Namun naas, semakin lama umpatan tersebut semakin terdengar nyaring.
"Itu bukan gue!" teriak Anna, matanya mulai berkaca,
"gue di fitnah, gue nggak pernah keluar sama om-om, gue bukan jalang!"
Seorang gadis menghampiri Anna, menarik tubuh gadis tersebut ke dalam pelukannya.
"An, tenang," ucapnya berusaha menenangkan Anna.
"Nggak, gue harus jelasin jika itu bukan gue. Disini gue di fitnah Kak," rengek Anna memberontak, ia ingin lepas dari pelukan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap Pelindung 2 : Cerita yang belum usai [END]
FanfictionAnnabelle kini kembali ke tanah kelahirannya, setelah 2 tahun memilih tinggal di luar negeri sendiri. Ia kira, setelah ia kembali tidak akan ada yang berubah. Tapi pikirannya salah, semua orang telah berbeda. Jika dulu ia perlakukan selayaknya rat...