33. Kejutan

374 89 21
                                    

Anna merutuki dirinya sendiri. Karena bisa-bisanya ia meninggalkan flashdisk miliknya di kelas.

"Ceroboh banget sih gue," gerut Anna sembari menunduk mencari flashdisknya di kolong meja yang ia duduki tadi.

Ia menghela napas lega, saat menemukan flashdisk tersebut masih tersimpan manis disana.

"Untung aja lo masih disini. Emang ya, lo itu flashdisk terbaik gue, yang nggak pernah ngambek kalau gue tinggal," monolog Anna, tangannya meraih flashdisk tersebut.

Ia tersenyum senang, menyimpan flashdisk tersebut ke dalam tas nya.
"Ayo kita pulang, sayang!" ucap Anna.

Ia mulai melangkahkan kakinya keluar kelas. Namun sebelum benar-benar pergi, Anna menemukan sebuah buku diary tergeletak di dekat pintu.

Anna pun membawa buku tersebut, membolak-balikan bukunya, mencari nama pemiliknya. Namun nihil, buku tersebut tidak meninggalkan nama di sampulnya.

Gadis itu menghela napas, ia yakin pemilik buku tersebut adalah teman sekelasnya.

Anna pun membuka tasnya, menyimpan buku tersebut. Ia akan mengembalikan buku tersebut besok, karena hari ini teman-teman kelasnya sudah pulang.

Ting!

BangLang : Lo dimana? Cepet sini, buruan gue ada di parkiran.

Anna mengerutkan keningnya. Seingatnya ia tidak janjian dengan Gilang. Tidak mau menebak-nebak, ia segera berlari ke parkiran, untuk memastikan semuanya.

****

"Buruan naik," titah Gilang saat Anna berdiri di dekat mobilnya.

Napas gadis itu berhembus tak beraturan. Ia terlihat begitu kelelahan karena berlari begitu kencang.

Gilang berdecak. Ia pun keluar dari mobil, memegang satu botol minum di tangannya.

"Gue nggak nyuruh lo lari loh, An," ucap Gilang, sembari menyodorkan minuman tersebut pada Anna.

Dengan senang hati gadis itu menerimanya. Anna langsung meneguk air tersebut hingga habis.

"Makasih, Bang," ujar Anna, menutup botol tersebut. Sebelum akhirnya bersandar di mobil Gilang.

"Ayo pulang!" ajak Gilang.

Anna menggelengkan kepalanya. "Gue udah janji bakal pulang sama Fiki. Jadi lo duluan aja," tolak Anna menatap sembarang arah.

"Fiki udah pergi duluan."

Anna menoleh, menatap Gilang tak santai.

"Jangan bilang, lo yang nyuruh Fiki pergi?" tanya Anna penuh selidik.

Gilang menjitak kepala Anna "Sembarangan lo Maemunah, orang Fiki sendiri yang mau pergi, dan nyuruh gue pulang bareng lo," balasnya.

Anna mengerutkan keningnya, tidak biasanya Fiki bersikap seperti itu. Biasanya lelaki itu selalu berbicara dulu padanya sebelum pergi.

"Yang ngedit dan nyebarin foto lo itu Manda," ucap Gilang memberitahukan fakta tersebut pada Anna,

"tadinya gue mau samperin dia, kasih pengertian ke dia. Tapi tadi nggak sengaja ketemu Fiki, terus dia minta tukeran, gue antar lo pulang, dan dia yang ngomong ke Manda."

Anna berdecak, seharusnya Gilang menolak permintaan Fiki. Bisa bahaya jika Manda dan Fiki berduaan, bisa-bisa Fiki memarahi Manda habis-habisan.

"Lo tenang aja, An. Fiki sendiri yang bilanhlg dia nggak akan terbawa emosi." Gilang memegang bahu Anna, meyakinkan gadis tersebut jika semua akan baik-baik saja.

Sayap Pelindung 2 : Cerita yang belum usai [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang