47. Damai

447 91 8
                                    

"Nunggu lama ya."

"Lumayan," ucap Anna dengan cengiran khasnya. Ia segera berdiri, mendorong kursi roda milik Fiki.

"Gimana tadi terapinya?" tanya Anna.

"Ya gitu, masih belum bisa berdiri seutuhnya," balas Fiki.

Anna hanya mengangguk kecil, masuk ke dalam mobil gadis tersebut.

Hari ini Fiki terapi untuk kesembuhan kakinya, biasanya Bundanya yang selalu menemani, tetapi kali ini Anna lah yang menemaninya.

Sepanjang perjalanan Fiki menatap Anna, raut wajah gadis itu sedikit berubah, tidak seperti beberapa hari yang lalu yang terlihat murung.

Anna melirik Fiki, lelaki itu diam tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

Gadis itu tersenyum kecil, kembali mengalihkan tatapannya ke jalanan. "Jangan lihatin gue kaya gitu," peringatnya.

"Kenapa? Lo baper?"

Anna menyunggingkan senyumnya. Apa katanya, baper? Tentu tidak mungkin.

"Jangan kepedean, yang ada lo yang baper sama gue," tukasnya.

"Kalau iya gimana?" ucap Fiki,

"lagian lo makin hari makin cantik aja sih."

Anna memutar bola matanya malas, lelaki di hadapannya ini bisa saja menggombalinya.

"Lo mau bawa gue kemana?" tanya Fiki saat melihat Anna membawanya ke jalan yang berbeda.

Gadis itu diam, ia masih fokus mengemudi, tidak mau jika fokusnya buyar.

Beberapa menit kemudian, Anna telah sampai di tempat tujuan. Gadis itu segera keluar mobil, mengeluarkan kursi roda Fiki di bagasi belakang.

"Kenapa ajak gue kemari?" tanya Fiki sembari di tuntun oleh Anna keluar.

"Berisik banget sih," cibir Anna,

"lo diem aja, tinggal ikutin kemauan gue."

Anna pun mendorong kursi roda tersebut. Ia sempat kesusahan saat berada di jalan yang sedikit curam, tetapi dengan kekuatannya ia bisa membawa Fiki ke puncak.

Karena Anna membawa Fiki ke bukit yang pernah ia kunjungi bersama Gilang.

"Gue pernah kemari sama Gilang," ujar Anna mengeluarkan suara setalah sampai di atas,

"di tempat ini, dia ungkapin perasaannya. Dan di saat itulah, gue mulai menjauh dari dia."

Fiki memegang tangan Anna, mengelus pelan tangan gadis itu.

"Lantas kenapa lo bawa gue kemari?"

Anna menggelengkan kepalanya, ia tidak mempunyai alasan yang jelas. Ia hanya ingin membawa Fiki kemari.

Fiki menuntun Anna agar gadis itu berdiri di hadapannya. Anna sedikit berjongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan Fiki.

"Gue tahu lo kangen sama Gilang, tapi gue mau lo jangan terus bertahan di masa lalu. Inget, lo masih punya banyak mimpi yang harus di raih," ujar Fiki.

"Gue lagi berusaha ikhlas, Ki. Gue berusaha merubah semuanya, gue nggak mau terjebak oleh masa lalu secara terus menerus," balas gadis tersebut, sedikit tertunduk.

Fiki mengangkat wajah gadis itu, agar menatap matanya. "Kita belajar pelan-pelan, An."

Annabelle pun menganggukkan kepalanya, menggenggam tangan Fiki dengan erat.

"Gue tahu, ditempat ini adalah tempat lo sama Gilang jauh, dan gue tahu, dihati lo masih menetap di Fenly. Tapi, apakah boleh lelaki ini mencoba  menjadi masa depan lo?" ucap Fiki menyatakan perasaannya.

Sayap Pelindung 2 : Cerita yang belum usai [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang