42. Tangisan

374 95 22
                                    

Gadis itu membuka matanya. Bau obat memasuki indra penciumannya, ia melirik pada tangannya yang terpasang inpus.

"Bang Rick," lirih Anna teringat pada Ricky, gadis itu segera beranjak,elepas paksa inpusnya.

Argh... Gadis itu meringis kecil, tubuhnya terasa begitu sakit.

Ia mengatur napasnya pelan, segera ia pergi keluar ruangan mencari keberadaan yang lain.

"An, lo mau kemana?"

Anna menoleh, di depan ruangannya sudah ada Fenly dengan Adel, yang sedang duduk menunggunya.

Gadis itu terdiam sebentar, menyadarkan dirinya atas status hubungannya dengan Fenly sekarang.

"Gue mau cari Leo, Bang Lang, sama Bang Ricky," balas Anna santai, walau jauh di lubuk hatinya ia merasa sesak.

"Lo istirahat dulu, An. Nanti kita antar lo ke sana," ujar Adel.

Anna menggelengkan kepalanya. Ia tidak mau menunggu, ia harus segera tahu bagaimana kondisi ketiganya sekarang.

"An, jangan batu," kata Fenly, dengan sorot mata memohon.

Anna berdecak. Gadis itu tetap melangkahkan kakinya, tidak peduli dengan kedua orang yang menghalanginya.

Fenly mencekal tangan Anna. "Annabelle, gue mohon. Tolong ngerti! "

Anna menghempas kasar tangan Fenly. Menatapnya sendu.

"Yang harus ngerti itu lo berdua, bukan gue," ketus Anna, menahan tangisnya agar tidak pecah.

"Lo lagi luka, An."

"Gue tahu, gue luka. Tapi gue juga harus tahu, gimana keadaan mereka," ucap Anna dengan mata yang sudah berkaca-kaca,

"mereka terluka karena gue. Jadi, nggak ada salahnya kan, kalau gue nemuin mereka."

Pertahanan Anna mulai runtuh, air matanya turun dengan bebas. Gadis itu mengepalkan tangannya kuat, menahan dadanya yang begitu terasa sesak.

"An," panggil seorang lelaki, berjalan terburu-buru menghampiri Anna.

Lelaki itu menarik Anna ke dalam dekapannya, membiarkan gadis itu menangis disana.

"Bang, mereka celaka karena Anna," adu Anna disela isak tangisnya.

"Ini bukan salah kamu, ini murni kecelakaan," balas lelaki tersebut menenangkan.

Lelaki itu adalah Farhan. Setelah mengetahui Anna hilang, lelaki itu segera mengurus kepulangannya. Ia merasa bersalah pada gadis tersebut.

Karena terakhir berhubungan dengannya, ia bersikap kasar pada Anna. Bahkan menyuruhnya, untuk mendonorkan ginjalnya.

Anna melepas pelukannya, menatap wajah Farhan. "Antar Anna jenguk mereka. Anna pengen tahu keadaan mereka," pinta Anna.

Dengan sedikit ragu, Farhan menganggukan kepalanya. Menuntun gadis itu pergi ke ruang rawat Gilang dan Ricky.

****

"Lo kok ajak gue kemari?" tanya Anna, saat sudah sampai di salah satu ruangan.

"Ayo masuk!"

Plak!

Satu tamparan diberikan pada Farhan. Ini pertama kalinya Anna menampar Farhan.

"Bercanda lo nggak lucu, Bang," ketus Anna, berbalik pergi meninggalkan Farhan.

Namun dengan cepat, Farhan mencekal tangan Anna.

"Gue nggak bercanda, disini emang ruangannya."

Anna berdecak, ia melirik papan di dekat pintu. Terlihat jelas nama ruangan tersebut 'Ruang Mayat'.

Sayap Pelindung 2 : Cerita yang belum usai [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang