2. Ceroboh

531 93 19
                                    

"An, sini sarapan dulu!"

Anna mengangguk, lalu duduk di samping Gilang.

Anna melirik Shandy, yang berada di hadapannya. Lelaki itu sedang sibuk dengan Elsa. Anna tersenyum kecil.

"An, ini makanannya!" ujar Bunda, menyodorkan satu piring nasi goreng. Anna menerimanya, tanpa mau berlama-lama segera ia memakannya.

Bunda? Dia adalah Rina, Mama Gilang. Setelah Anna memilih pergi ke Korea, mereka memutuskan untuk menikah. Alhasil, kini Shandy dan Gilang menjadi satu keluarga.

"An," panggil Bunda.

Anna menoleh ke sumber suara, menatap Rina. Kini Anna menganggap wanita tersebut seperti Ibunya.

Bunda mengeluarkan sebuah berkas, memberikannya pada Anna "Ini, Bunda dan Ayah sudah setuju jika rumah yang dulu Bunda dan Gilang tempati, kini akan menjadi milik kamu."

Anna terkejut. Dahinya berkerut "Kenapa mendadak Bun?"

"Ini nggak mendadak, Sayang. Bunda dan Ayah udah rencanainnya dari jauh-jauh hari dan kami pikir, ini sudah waktunya," jelas Bunda.

Anna pun menerima berkas tersebut. Jujur, ini begitu mendadak baginya. Sebelumnya Anna tidak pernah berpikir sedikitpun jika ia akan memiliki rumah di usia muda dengan mudah.

"Makasih Ayah, Bunda!" ucap Anna.

"Ini baru sebagian, An, suatu hari nanti Ayah dan Bunda akan memberikan perusahaan yang sudah seharusnya menjadi tanggung jawab kamu," ujar Ayah.

Anna mengangguk kecil. Entah kenapa ia selalu merasa kurang nyaman, ketika keluarganya membahas tentang harta atau perusahaan.

Tak berapa lama, setelah makanannya habis, Anna beranjak dari duduknya. Segera ia menyalami kedua Orangtua dan Abangnya itu.

Ia pergi meninggalkan ruang makan. Entah kenapa, moodnya tiba-tiba berantakan. Pikirannya di penuhi dengan ketidak mungkinan yang belum pasti.

Anna membuka pintu mobil, ia melempar berkas dan tasnya di samping kursi pengemudi.

Ia memejamkan matanya. Napasnya berhembus tidak beraturan, seperti orang yang sedang menahan emosi.

Tok... Tok... Tok..

Anna terlonjak kaget, ia menoleh ke samping. Disana sudah ada Gilang yang menggedor kaca mobilnya.

Anna menelan salivanya. Menyembunyikan emosinya dari Gilang.

"Kenapa?" tanya Anna setelah kaca mobil di buka.

"Lo jangan bawa mobil, lo ke kampus bareng gue aja," ajak Gilang.

Anna menggeleng, ia menolak ajakan Gilang "Gue udah di fasilitasi mobil sama Ayah. Gue bisa berangkat sendiri, lo nggak perlu repot-repot."

Gilang berdecak "Lo sama gue pokoknya, gue nggak izinin lo pakai mobil. Kalau mau lain kali aja, kalau gue lagi sibuk contohnya," kukuh Gilang.

Semenjak Anna memasuki dunia perkuliahan, Ayah memberikan mobil pada gadis tersebut. Alasannya agar mempermudah gadis itu untuk berpergian sendiri.

Tapi Gilang selalu melarang gadis tersebut, untuk mengendarai mobil sendiri. Ia terlalu takut, jika nanti terjadi sesuatu pada gadis tersebut.

Anna bungkam, ia tidak mau mengikuti kemauan Gilang.

Gilang menghela napas, segera ia membawa kunci mobil Anna yang bergantung di dalam mobil.

"Ikut gue atau lo terlambat?"

Anna berdecak, memukul setir mobilnya. Bisa-bisanya ia kecolongan dengan pergerakan Gilang.

Sayap Pelindung 2 : Cerita yang belum usai [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang