28. Sebuah kebenaran

422 100 16
                                    

"Anna mana?" tanya Gilang saat berpapasan dengan Shandy.

"Di kamarnya."

"Dia nggak papa? Gue denger, dia di fitnah, apa bener?"

Shandy menganggukan kepalanya sebagai jawaban. Gilang yang mendapat jawaban tersebut mengacak rambutnya frustrasi, ia merasa gagal menjaga Anna.

"Kita harus cari dalang di balik semua ini, Lang," ujar Shandy,

"kita nggak bisa biarin Anna di perlakukan kaya gitu."

Gilang berdeham sebagai jawaban.

"Tapi gimana caranya kita bisa tahu? Setidaknya kita harus tahu dulu lah siapa pengirim pertamanya."

Shandy mengangkat tangannya memperlihatkan ponsel Anna tepat di depan wajah Gilang.

"Lo dapat darimana?"

"Nggak usah banyak tanya, sekarang lo ikut gue, kita selesaikan masalahnya hari ini," ucap Shandy.

Gilang mengangguk sebagi jawaban. Kini mereka berdua siap untuk memberantas pelaku.

"Assalamu'alaikum!" ucap Fiki memasuki rumah Shandy.

"Wa'alaikumsalam," balas Shandy dan Gilang bersamaan.

"Maaf nih Bang, gue ganggu. Gue kesini pengen ketemu Anna, gue dapat kabar, katanya dia di fitnah. Jadi gue khawatir, gue pengen lihat keadaannya sekarang," ujar Fiki menjelaskan maksud kedatangannya.

Shandy berjalan menghampiri Fiki, memegang pundak lelaki tersebut.

"Anna di kamar, lo kesana aja. Gue harap lo bisa hibur dia."

Fiki menganggguk sebagai jawaban.
Sedangkan Shandy memberikan kode pada Gilang untuk mengikutinya pergi.

****

"Lo mau kemana?" tanya seorang gadis pada Fenly.

"Bukan urusan lo."

Namun dengan gerakan cepat, gadis itu mencekal tangan Fenly.

"Jangan pergi. Lo lupa, setelah ini kita harus hadir di acara keluarga yang Mama lo buat."

Fenly mendelik sebal, gadis di hadapannya ini selalu bisa membuat dirinya bimbang.

"Anna butuh gue," ucap Fenly, ia tidak peduli bagaimana perasaan gadis itu.

"Gue tahu, tapi setidaknya hargai Mama lo, beliau pasti susah payah bikin acara tersebut buat kita, lo nggak mau kan bikin Mama malu?"

Fenly diam, menghela napas kasar. Gadis di hadapannya ini selalu bisa membuat dirinya tidak bisa berkutik lagi.

"Ini demi Mama, bukan buat lo!"

Gadis itu meneguk salivanya dengan susah payah. Dadanya terasa sesak, ia merasa cemburu atas perlakuan Fenly ke Anna, yang berbanding jauh pada dirinya.

"Jangan berharap gue suka sama lo! Dihati gue cuma Anna," sarkas Fenly.

Gadis itu hanya bisa diam, ia sudah bingung harus berbuat apa lagi.

"Gue suka sama lo, Kak," ungkapnya menatap wajah Fenly.

Fenly menoleh, ia tidak menyangka gadis itu akan mengungkapkan perasaannya.

"Lo baper sama gue? Inget ya, kita ini cuma sementara."

"Gue suka sama lo jauh sebelum terjadinya perjodohan ini."

Fenly mengerutkan keningnya, ia tidak habis pikir dengan gadis di hadapannya.

"Gila lo!"

Fenly pun berbalik, meninggalkan gadis itu sendiri.

Sayap Pelindung 2 : Cerita yang belum usai [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang