45. Sadrah

164 27 0
                                    

Sadrah artinya tawakal.

.
.
.

"Shadaqallahul 'adzhiim."

Mingrui selesai membacakan Al-Quran untuk calon anaknya yang masih berada di dalam perut sang istri.

Setelah itu Mingrui menyuruh Annisa untuk duduk diatas pangkuannya.

"Sini, Sayang, Abi mau cerita."

Annisa duduk di atas pangkuan Mingrui. "Cerita apa, Abi? Cerita Nabi?"

Mingrui menggeleng. "Bukan, Sayang. Abi mau cerita tentang kisah Uwais al Qorni."

"Wah, siapa tuh, Uwais al Qorni?" tanya mu sembari membereskan mukena dan sajadah.

Mingrui tersenyum. "Uwais al Qorni adalah seorang anak yatim dari Yaman. Hidupnya sangat miskin. Ia hidup bersama ibunya yang sudah tua lagi lumpuh dan buta penglihatannya. Uwais al Qorni bekerja sebagai penggembala domba orang."

"Annisa, lipat dulu mukenanya!" titah kamu.

Annisa menggeleng. "Abi lanjut lagi ceritanya."

"Uwais al Qorni memiliki penyakit sopak, tubuhnya belang-belang. Senantiasa ia merawat ibunya, semua permintaan ibunya dituruti. Suatu ketika ibunya meminta untuk bisa melaksanakan ibadah haji. Perjalanan dari Yaman ke Mekkah sangat jauh, melewati padang pasir tandus yang panas. Orang-orang biasanya naik unta dan membawa bekal, tapi Uwais sangat miskin dan tak punya kendaraan."

Annisa memerhatikan Mingrui dengan sangat serius. Kamu juga ikut mendengarkan cerita dari Mingrui sembari mengusap perut mu.

"Akhirnya Uwais membeli seekor anak lembu. Tidak mungkin pergi haji naik lembu! Setiap hari ia menggendong anak lembu itu naik turun bukit hingga disangka orang gila oleh orang-orang sekitarnya."

Annisa tampak mendengarkan dengan baik cerita yang Mingrui sampaikan.

"Delapan bulan berlalu, sampai musim haji. Lembu Uwais mencapai 100 kg, otot Uwais semakin besar. Ternyata ia selama ini berlatih untuk menggendong ibunya. Uwais menggendong ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Mekkah! Uwais berjalan tegap menggendong ibunya tawaf di Kab'ah. Ibunya terharu melihat Baitullah."

Tiba-tiba Annisa menangis. "Abi, Annisa sedih dengerin cerita ini."

Mingrui mengusap air mata Annisa yang sudah jatuh membasahi pipinya yang tembem.

"Abi lanjut ya ceritanya, sedikit lagi kok."

Annisa menganggukkan kepala.

"Uwais berdoa kepada Allah. 'Ya Allah, ampuni semua dosa ibu,'  doa Uwais. Ibunya bertanya, 'Bagaimana dengan dosa mu?'. Kemudian Uwais menjawab, 'Dengan terampunnya dosa ibu, maka ibu akan masuk surga. Cukup ridho dari ibu yang akan membawa aku ke surga.' Seketika itu penyakit sopaknya sembuh."

Lima bulan berlalu. Alhamdulillah, sejauh ini kehamilan mu sehat, permintaan ngidam dari anak juga tidak yang membuat repot.

Mingrui sering mengaji dan membacakan shalawat untuk mu dan calon anak kalian.

"Maaf ya."

"Kenapa minta maaf?"

"Ngaji ku masih belum lancar, tapi aku bakal belajar terus!"

Kamu tersenyum lalu mengusap rambut Mingrui.

"Perasaan ini ... perasaan ini datang lagi! Ya Allah, jauhkanlah hamba dari prasangka buruk. Ada apa ini? Kenapa akhir-akhir ini hamba selalu merasa kalau akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan?"

Sebelum Mingrui berangkat kerja, kamu dan Annisa mencium tangan Mingrui terlebih dulu. Di balas dengan Mingrui yang memberikan sebuah kecupan di kening kalian, dan tentunya di perut mu juga.

Beberapa jam kemudian, ada yang mengetuk pintu rumah.

Kamu bergegas membuka pintu rumah. Perasaan antara kaget dan heran bercampur menjadi satu.

"Permisi, selamat pagi."

"Pagi. Ada apa ini?"

"Apa benar ini kediaman saudara Gou Mingrui?"

Dengan ragu kamu mengangguk. "Iya, benar, saya istrinya. Maaf, ada apa ya Pak Polisi mencari suami saya?"

⭐⭐⭐

Bersambung ....

Mau tahu dong, kalian bisa baca cerita ini dari mana sih?

Untuk cerita Uwais al Qorni yang lebih lengkap bisa kalian cari sendiri ya, wan kawan.

Paling sedih itu pas Uwais meninggal, para penghuni langit bahkan sampai turun ke bumi buat memakamkan Uwais.

😭😭😭

Maafkan aku Mama Papa yang belum bisa membahagiakan kalian.

Till JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang