67. Kejujuran #Raki

45 9 0
                                    

Hari ini adalah hari graduation. Semua murid kelas 12 bersorak ramai.

Semua memang sedang berpesta, tapi Raki memilih untuk menyendiri. Ingatannya soal janji bersama Adnan yang akan lulus bersama dan masuk ke universitas bersama nyatanya harus hilang.

"Raki ...."

Si pemilik nama lantas menoleh ke arah belakangnya. Seorang perempuan dengan kebaya dan khimar panjang berdiri dibelakangnya.

Raki mengalihkan pandangannya. Kepalanya kembali menunduk menatap sepasang sepatu yang dipakainya.

"Raki. Gua mau minta maaf ...."

Kemudian Raki bangkit, menyembunyikan ke dua tangannya didalam saku celana.

"Raki ...."

Kini sosok perempuan ini sudah ada didepan matanya.

"Sorry gua buat lo kecewa."

Keduanya kini terdiam. Raki masih enggan untuk menatapnya.

Tiba-tiba tubuhnya bergetar dan pandangannya mulai kabur.

"Lo kenapa?" tanya Raki.

Perempuan ini masih dengan tubuhnya yang bergetar. Berusaha mengucapkan sesuatu namun mulutnya tak mampu untuk mengucapnya.

Kesadarannya pun hilang. Raki segera menahan tubuhnya dan meminta pertolongan agar membantunya membawa ke rumah sakit.

"Dhifa!"

Seorang dokter dengan panik berusaha memasuki ruangan, yaitu Mamanya Dhifa.

"Tante,"

"Kenapa Dhifa bisa begini?!"

"Tenang, Tante. Saya juga gak tahu, tiba-tiba aja tubuhnya Dhifa bergetar terus pingsan."

Mama Dhifa langsung menangis. "Ya Allah, Dhifa ...."

Karena terhalang oleh pekerjaannya sebagai seorang dokter, Mama Dhifa juga harus mengurus pasien lain. Jadi Dhifa di titipkan kepada Raki.

"Syukurlah lo sadar. Gua panggilin mama lo, ya."

"Gak usah."

"Kenapa?"

"Gua gak mau ganggu mama yang lagi kerja."

Mereka berdua terdiam. Sebenarnya Dhifa sedang berusaha menahan air matanya.

"Dhifa ...."

"Gua lagi gak mau ngomong, Raki."

"Tapi kenapa lo gak pernah bilang sama gua kalau lo selama ini sakit. Apa ini alasan lo balikin CV Ta'aruf dari gua?"

"Iya."

"Dhifa. Gua mau terima lo apa adanya-"

"Mending lo cari perempuan lain!"

Raki pun terdiam.

"Hidup gua gak lama lagi ... lupain semua tentang perasaan lo ke gua!"

Raki bangkit dari duduk. "Sebenernya gue yang duluan suka sama lo! Gua suka sama lo dari kita SD, Dhif."

Dhifa terkejut mendengar ucapan Raki. Seakan sulit untuk di percaya.

"Selama ini gua selalu sebut nama lo dalam doa-doa gua!"

"Tapi kalau lo emang selama ini suka sama gua, kenapa gua gak liat tanda-tandanya?"

"Karena gua menjauhi zina. Gua menjauh supaya gua gak tergoda sama setan, gua selalu minta supaya Allah yang jaga lo sampai kita dalam ikatan yang halal."

"Yang gua takutkan adalah dimana ketika nanti gua belum jadi istri yang taat sama lo, tapi gua udah keburu dipanggil sama Allah."

"Lo gak boleh takut, Dhif. Gua bakal selalu ada buat lo, gua bakal bimbing lo sampai kita menuju ke surga bareng."

"Apa lo bisa terima gua apa adanya, meskipun dalam keadaan sakit gini!?"

Raki menganggukkan kepala. "Iya, Dhifa. Iya."

"Nikahi juga Jihan!"

Raki langsung diam. Cintanya Nadhifa bukan Jihan.

Till JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang