Setelah mengantar Jihan pulang, Raki akhirnya datang menjemput Shanum.
Raki memberhentikan mobilnya tepat di depan Shanum.
Kaca mobil di turunkan. Raki melihat ekspresi adiknya yang marah.
"Lama!"
"Ya, maaf. Jalanan hujan begini pasti macet." Alasannya macet, padahal mengantar Jihan pulang dulu.
Shanum membuka pintu mobil, tapi ketika akan masuk tiba-tiba perhatiannya teralihkan ke seekor kucing.
"Abang tunggu bentar, Adek mau bawa anak kucing itu dulu kasian kalau ketabrak."
"Tapi Shanum!"
Pintu mobil keburu ditutup. Raki membiarkan Shanum mengambil anak kucing di jalan.
Saat Raki melihat kaca spion, ada mobil yang jalannya tak benar kanan-kiri tak tentu. Raki keluar dari mobil untuk menyelamatkan Shanum.
Brag!
"Shanum ...."
☪
Kamu mendapatkan panggilan untuk datang ke rumah sakit.
"Umi!"
"Kamu gapapa? Adek mana?"
"Umi tenang. Ini salah Raki, harusnya Raki tepat waktu selamatin Shanum."
"Enggak, Sayang. Jangan menyalahkan diri."
Kalian berdua menunggu kabar dari dokter. Kamu terus memanjatkan doa untuk putri bungsu mu.
"Keluarga Shanum."
Buru-buru kalian berdua menghampiri dokter.
"Kondisi adek saya gimana, Dok?"
"Alhamdulillah kondisinya baik. Tetapi, matanya menjadi buta karena insiden kecelakaan ini."
"Astagfirullah, Ya Allah."
Mendadak kamu jatuh lemas. Dengan sigap Raki menahan mu, kamu di dudukan di kursi.
"Umi, sabar ya ...."
"Ya Allah, Shanum ...."
Berkali-kali Raki dan kamu mencoba menghubungi nomor Felix atau Harlan agar segera datang ke rumah sakit.
"Gimana? Di angkat gak?"
"Enggak, Umi."
Saat akan pulang meninggalkan rumah sakit, kalian berdua dibuat terkejut oleh pasien-pasien yang baru datang.
"Abi! Bang Alan!"
Kamu dan Raki terkejut saat melihat pasien baru rumah sakit. Ternyata salah satu dari mereka adalah Felix dan Harlan.
Seminggu berlalu, kamu kembali datang ke rumah sakit tempat Shanum, Harlan dan Felix di rawat.
"Umi, polisi udah cari tahu tentang kasus ini. Ternyata ini perbuatan Yeji dan Seungmin. Kali ini kepolisian berhasil menangkap mereka." jelas Raki.
Kamu mendekap Raki dengan penuh cinta.
"Dan juga Adnan ...." sambung Raki di hatinya.
Kamu dan Raki membagi tugas. Kamu bagian menjaga Shanum dan Raki menjaga Felix serta Harlan.
Ketiga anggota keluarga mu masih belum sadar. Kamu terus berdoa agar mereka bertiga bisa selamat.
Sebelum pulang kamu mengurus biaya administrasi terlebih dulu.
"Umi. Raki kesana dulu, ya?"
"Kemana, Sayang?"
"Kesana sebentar kalau urusan administrasi udah selesai telpon!"
"Raki-"
Raki pergi meninggalkan mu. Raki mendatangi seorang perempuan yang dikenalinya.
"Jihan?"
Yang dipanggil jelas kaget. Jihan dengan pakaian serba tertutup masih bisa di kenali oleh Raki.
"R-raki."
"Ngapain lo disini?"
Tiba-tiba seorang perempuan keluar dari ruangan di depan mereka. Ia adalah seseorang yang istimewa di matanya.
"G-gue balik duluan. Makasih, Dhifa."
Belum sempat Dhifa menjawab Jihan sudah pergi meninggalkan mereka berdua.
Sekarang tinggal Raki dan Dhifa. Raki melangkah mendekati Dhifa.
"Jangan mendekat!"
Raki membuka mulut, tapi ucapannya tak sempat tersampaikan karena kedatangan Umi tercintanya.
"Bilangnya cuma sebentar. Umi telpon kamu malah gak di angkat. Ayo pulang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Till Jannah
EspiritualCinta beda agama memang sulit untuk di pahami apa lagi untuk bisa di terima. Sangat sulit.