49. Harlan ( bagian 2 )

97 18 1
                                    

Hari ini kamu mengajak Annisa main di Time Zone.

"Annisa!"

Kamu dan Annisa langsung menoleh secara bersamaan.

"Kak Alan!"

Allah mempertemukan kalian kembali hari ini. Annisa terlihat bahagia bermain bersama Harlan.

Kamu duduk di sebuah kursi panjang. Felix ikut duduk di samping mu, gerakannya perlahan bergeser mendekati mu.

"Jangan deket-deket!"

Seakan tuli, Felix tetap bergeser mendekati mu. Kamu memeluk baby Mingrui dengan erat.

"Ngapain liat-liat!?"

Kamu memberikan tatapan tajam ke arah Felix. Pandangan Felix tak terlepas dari baby yang tengah tertidur pulas.

"Aku jadi keinget Annisa waktu bayi ...."

Kamu melonggarkan pelukan mu. "Lia kemana? Masih belum pulang juga? Bener 'kan apa kata aku, dia bukan ibu yang baik. Tuh liat buktinya! Harlan anaknya sendiri dia tinggal."

Felix beralih menatap mu. "Ternyata kamu gak berubah. Masih aja tetep suka suudzon sama orang lain, jangan berprasangka buruk nanti malah jadi dosa."

Felix tetap Felix. Sebenarnya tidak ada yang berubah dari kalian.

Ke dua mata Felix kini memandang ke dua anaknya yang tengah asik bermain bersama. Kemudian Felix menghela napas dalam dalam.

"Lia bukan enggak pulang. Seorang ibu pasti akan melakukan apapun demi anaknya, begitu juga kamu, 'kan?"

"Bela aja terus!"

Dengan sabar Felix menjawab, "Aku ngomong sesuai fakta."

"Apa faktanya?" Kamu semakin kesal.

"Setelah kamu pergi ninggalin aku. Aku urus Harlan sendirian. Aku juga berharap kalau Lia pulang dan bawa Harlan lagi. Tapi, Allah berkata lain."

Kamu langsung menoleh. "Maksudnya?"

Tiba-tiba Annisa dan Harlan datang.

Felix bangkit lalu menggenggam tangan Harlan. "Annisa. Abi sama Kak Alan pulang duluan, ya."

Jelas Annisa menjadi sedih.

Kamu menahan tangan Felix. "Maksudnya apa? Kita belum selesai bicara!"

Felix dan Harlan tetap pergi meninggalkan kalian.

Beberapa menit kemudian sebuah pesan masuk ke handphone mu.

Kak Felix : Kita ketemu lagi besok di sini, cuma kita berdua tanpa anak-anak. Besok aku jelasin semuanya sama kamu.

"Yn. Kenapa? Umi perhatian kamu melamun terus dari tadi. Ada apa sih? Mumpung kamu malam ini nginap di rumah jadi lebih baik kamu cerita sama Umi."

"Aku jadi sering ketemu sama kak Felix, Umi."

"Terus?"

"Aku juga sebenernya gak tahu kenapa, tiba-tiba dari kemarin jadi sering melamun gini, padahal gak ada sesuatu yang lagi aku pikirin."

"Keadaan Felix gimana?"

"Kak Felix sehat. Masih berdua sama Harlan."

"Ini semua takdir. Hidup itu banyak kejutannya."

"Oh iya, Umi, besok aku nitip Annisa sebentar ya."

"Kamu mau kemana?"

"Mau ... aku mau ketemu Lena, temen SMA dulu."

Berbohong. Di pikiran mu tak mungkin kamu bilang akan bertemu Felix kepada Umi, jadi kamu bilang akan bertemu Lena.

Sesuai janji, kalian bertemu kembali di tempat yang sama.

Felix mengajak mu pergi mengobrol di cafe, kamu menuruti.

"Saat dalam perjalanan pulang pesawat yang di tumpangi Lia mengalami kecelakaan. Dari hasil konfirmasi menyatakan semua tewas gak ada yang selamat. Ayah Harlan dipanggil duluan sebelum Lia. Aku sama sekali gak berniat ngurus Harlan, memang seharusnya Harlan pulang ke keluarganya. Tapi, mereka gak menginginkan Harlan. Harlan adalah anak yang lahir tanpa dosa dari hasil perbuatan haram ke dua manusia."

⭐⭐⭐

Bersambung ...

Liat Felix sama Mingrui jadi makin cakep ya sekarang :v

Sorry Zeyu, aku mau selingkuh dulu sama Mingrui :p

Till JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang