48. Senandika

92 21 0
                                    

Sebuah mobil berhenti tepat di depan rumah. Kamu mengintip lewat balik jendela, dengan hati-hati kamu mengintip kedekatan ayah dan anak yang sangat kamu cintai.

Felix mengantar Annisa pulang. Sebelumnya, Felix meminta izin untuk membawa Annisa jalan, kamu mengizinkan Felix dan Annisa menghabiskan waktu bersama.

"Assalamualaikum. Umi."

"Waalaikumsalam."

Kamu bergegas menghampiri Annisa, kemudian berlutut di depannya.

"Umi, tadi Abi bilang kalau aku harus jadi anak yang solehah. Jangan sampai ketemu sama Malaikat Malik dan Malaikat Zabaniah nanti di akhirat."

Kamu mengusap kedua pipi Annisa, lalu menarik Annisa ke dekapan mu.

"Abi, Annisa pengen ada Abi dirumah. Kalau ada Abi dirumah kita ketemu setiap hari, jadi Abi gak perlu izin kalau mau ajak Annisa main."

"Sayang, Umi sudah bukan punya Abi lagi, begitu juga sebaliknya. Tapi Annisa tetap milik Umi dan Abi."

Itu adalah percakapan tentang Annisa dan Felix sebelum pulang.

Akhir-akhir ini Felix sering mengajak Annisa main. Secepat mungkin Felix menyelesaikan pekerjaannya supaya bisa memiliki waktu bersama Annisa.

Tring tring!

Tangan mu bergerak mengambil ponsel dari atas meja.

"Kak Felix ...."

Kamu mengangkat telpon dari Felix. Felix mengabari kalau Annisa ketiduran di mobil, segera kamu datang menghampiri mereka yang berada di depan rumah.

Felix menggendong Annisa dan memindahkannya ke ruang kamar.

"Yn. Suami kamu belum pulang? Kok aku gak pernah ketemu? Padahal aku sering kesini antar jemput Annisa main."

Seketika kamu menangis, tentu Felix panik. Buru-buru Felix berusaha menenangkan mu.

"Mingrui ...."

Beberapa saat kemudian Felix bisa menenangkan mu, meski air mata masih mengalir.

"Maaf, apa pertanyaan aku salah, ya? Aku minta maaf, Yn. Lebih baik aku pulang sekarang. Makasih udah izinin aku ketemu Annisa. Assalamualaikum."

Baru saja hendak pergi tiba-tiba Annisa datang dengan berlari menghampiri Felix.

"Abi! Abi gak boleh pulang! Abi disini aja sama Annisa ...."

Felix memandang mu. Kamu langsung membuang muka.

"Umi. Nisa punya cerita. Nisa denger cerita ini dari Abi Felix."

Kamu tetap diam, pandangan mu kosong.

"Nanti waktu tiba hari akhir, semuanya bakalan mati, 'kan. Nah waktu iblis sakaratul maut, Malaikat Izrail datang tapi iblis lari terus sampai di tempat pertama Nabi Adam di turunkan ke bumi. Tujuan terakhir iblis lari menghindari Malaikat Izrail  yaitu ke makam Nabi Adam, meskipun lari Malaikat Izrail tetep bakalan cabut nyawa iblis. Kemudian datang Malaikat Zabaniah yang membawa anjing-anjing dari neraka buat memakan iblis."

Annisa memerhatikan mu yang sedang melamun.

"Umi," panggil Annisa dengan lembut.

Kamu tersadar dan langsung menoleh ke arah Annisa.

"Iya, Sayang, kenapa?"

"Umi gak dengerin cerita Nisa ...."

"Umi denger kok, Sayang. Kamu barusan cerita tentang ... emm, tentang ... ah! Tentang episode Upin & Ipin terbaru, 'kan?"

"Umi ...."

Annisa terdiam sesaat.

"M-maaf Sayang, Umi akhir-akhir ini lagi kurang fokus, maaf ya."

"Annisa bobo duluan."

Annisa meninggalkan mu, langkah kaki kecilnya berjalan pergi ke kamar.

⭐⭐⭐

Senandika adalah suara batin.

Till JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang