32. Ingkar, Rindu

30 1 0
                                    

Kalau memang belum bisa lupa sama yang lalu, jangan membuka halaman baru.

•••

Mood buruk terhadap kekasihnya tersebut mulai berangsur membaik dikarenakan sedari pagi tadi hesya terus terusan dibuat blushing oleh farzano, akal akalan kekasihnya itu ada ada saja sehingga membuat perut hesya penuh dengan kupu kupu berterbangan rasa nya.

Kini pun hesya menjadi semangat mengerjakan tugas yang tengah diberikan oleh guru geografi.
Sedari tadi, lekuk sabit nya tak juga kunjung tenggelam, mood nya benar benar baik hari ini.

Kursi yang di duduki nya tiba tiba terasa sedikit di tendang dari belakang. hesya pun segera menoleh ke arah belakang, kening nya mengerut saat di dapati sang kekasih duduk tepat di kursi belakang hesya.

"Kenapa pindah ke sini? ini tempat nya rafa, kasian dia jadi harus pindah tempat duduk..." bisik hesya sembari mencoba menoleh sedikit sedikit ke arah farzano---karena takut terlihat oleh guru geografi.---

"Karena....., tanpa alasan." setelahnya, senyuman manis pun terulas.

"Ihh dasar aneh." hesya sedikit tersenyum lalu kembali memerhatikan materi yang ada di papan tulis.

Hesya sudah kembali fokus menulis segala hal yang ada di papan tulis. mencoba mempelajari dengan sungguh sungguh tulisan tulisan tersebut.

Sekarang, bukan kursi miliknya yang di tendang tendang, akan tetapi pundak miliknya yang di toel toel  oleh lelaki jahil yang duduk di belakang kursi hesya.

Hesya pun kembali menoleh.
"Kenapa no?" tanya nya berbisik lembut.

"Aku punya kunciran rambut." kata nya berbisik sembari menunjukan kunciran yang terlihat baru dibeli.

"Iyaa teruss?" hesya sedikit tertawa kecil karena tak kuasa melihat tingkah sederhana tapi menggemaskan tersebut.

"Madep sono lagii, aku mau iketin rambut kamu." suruh farzano, dan hesya pun hanya menurut.

"Dah selesai! rambut kamu dari tadi ngeganggu waktu kamu nulis. gak ada yang boleh ganggu kamu belajar, kecuali aku." Farzano tersenyum meringis setelah mengakhiri kalimat nya tersebut.

"Astagfirullah, kamu aneh banget farzano." hesya menggeleng geleng kan kepala nya.

Gadis tersebut kembali melanjutkan aktivitas nya. sibuk bergulat dengan pulpen dan kertas binder nya.

"Stt sttt cantik cantik kiw!" cuit farzano pelan.

"Halo halo pacar cantik aku!" farzano kesal, alhasil ia pun menggoyang goyang kan kursi milik pacar nya.

Hesya menoleh ke arah belakang, demi apa pun kalau begini cara nya, hesya bisa bisa meleyot gepeng karena yang selalu dibuat salting setiap jam pelajaran berlangsung.

"Apalagi farzano pandu adiyaksa?" tanya hesya pelan.

Yang memiliki nama tersebut bukan nya langsung menjawab malah terbengong dahulu sembari memegang kedua pipi nya.

"Aku salting." aku lelaki yang pipi nya memerah seperti kepiting rebus.

"Hih! aku cuman manggil nama panjang kamu doang!" ujar hesya tidak mengerti lagi dengan tingkah laku pacarnya tersebut.

"Aku juga mau manggil nama panjang kamu deh kalo gitu!" seru nya secara random.

"Yaudah silahkan, panggil aja nama panjang aku." jawab sang lawan bicara.

"Nanti aja deh sebutin nama panjang kamu nya pas di depan penghulu aja." cuit farzano dengan senyuman nya, dia sungguh tidak tahu kondisi jantung hesya sekarang??!!!! pliss siapa pun tolong hesya.

IncognitoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang