20. Peluk hangat

111 15 2
                                    

Saling percaya aja, itu memang kunci dari sebuah hubungan kan?
•••

Malam ini gayhan sedang merebahkan tubuh nya di sofa setelah lelah menjalankan tugas nya selama tadi siang, entah tugas himpunan maupun juga tugas ia menjadi seorang tangan kanan mafia.

Dan kini ia tengah sibuk dengan layar ponsel miring nya, ya dia tengah mabar pubg dengan haikal alih alih dengan niat agar sohib satu kuliah nya tersebut tidak terlalu larut dalam duka. Saat dirinya sibuk terus mengumpat, tiba tiba farzano datang dan langsung menarik bagian kaos leher nya yang sempurna membuat gayhan sontak bangkit berdiri.

Tidak terima, lelaki tersebut memberikan sorot tatapan tajam nya lalu menghempaskan tangan farzano dari kaos nya dengan kasar. 

"Apa apaan si lo?" sewot gayhan yang tidak mengerti maksud tujuan dari teman nya tersebut.

"Lo yang apa apaan!" tanpa di duga ternyata farzano pun tak kalah sewot.

Kedua lelaki tersebut saling beradu sorot mata. sedangkan ketiga lelaki lain nya hanya santai menonton dengan duduk manis. Gayhan menghela napas nya, berusaha lebih dulu merendam amarah nya karena dia tahu bagaimana sifat tempramental sohib nya tersebut.

"Oke lo jelasin baik baik apa kesalah gue yang buat lo kayak gini?" Tatapan nya masih menatap intens lelaki dihadapan nya yang masih penuh amarah.

"Itu mobil gue, lo ga berhak sentuh barang sedikit pun yang ada di dalam nya."

Selesai mendengar penuturan tersebut, gayhan tertawa. Yang sontak saja membuat farzano tambah kesal.

"Gue emang suka sama hesya. Kalo ditanya ada niatan buat jadiin dia pacar atau enggak? Iya ada, tapi kalo ditanya ada niatan buat ngehancurin hubungan nya sama lo? Ga ada sama sekali niat kayak gitu yang terlintas di otak gue." Jelas nya secara menggebu gebu.

"Hesya, dia yang copot itu semua polaroid polaroid." Sambung nya.

Entah apa yang ada di dalam pikiran lelaki remaja yang duduk di bangku akhir putih abu abu tersebut hingga tiba tiba ia mendaratkan bogeman nya pada ujung bibir gayhan yang kini mengeluarkan cairan merah segar.

Gayhan tidak menyeka darah nya. Ia menatap farzano dengan nafas tersengal sengal, dan secara cepat lelaki dengan darah di sudut bibir tersebut menarik leher kaos farzano lalu membenturkan punggung nya pada dinding.

"Gue makin ga paham sama jalan pikir lo." Gayhan menatap intens kedua mata farzano secara dekat.

"Hesya lagi duka, tapi lo sama sekali gak ambil peran lo. Posisi lo itu harus nya ada di pemakaman kemarin, bukan di warung ayam bakar sama cewek lain." Desis gayhan yang sepertinya kini sudah kehabisan akal pikir dewasa nya.

"Hesya copot polaroid polaroid itu semua setelah dia lihat dimana posisi pacar nya yang seharus nya ada buat dia."

Gayhan mau saja membuat lelaki di hadapan nya tersebut mendapatkan luka yang dirinya dapat kan juga, tapi entah kenapa dia tidak bisa melakukan nya, farzano sudah dianggap seperti adik sendiri. Alhasil, dia hanya melepaskan cengkraman tangan nya dengan kasar dari kerah kaos farzano.

"Kalo emang lo gak bisa berperan selayak nya, lepasin hesya, gue bisa ngegantiin peran lo jauh lebih baik." Gayhan bersmirk, jujur dia sangat amat kesal.

Farzano mendorong tubuh lelaki yang baru saja berujar tersebut. Lalu farzano dengan cepat melangkah pergi meninggalkan rumah.

Sudah ketebak, pasti ia ingin ke rumah gadis nya. Mungkin, untuk mempelurus keadaan.

IncognitoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang