23. Rooftop

73 6 0
                                    

Perihal bahagia, Langit aja gak pernah berjanji untuk selalu cerah.

•••

Tidak ada angin tidak ada hujan, hesya yang tengah duduk di kursi kelas langsung di paksa berdiri karena tangan nya yang tiba tiba di tarik paksa oleh farzano yang baru saja tiba di dalam kelas.

Hampir semua pandangan tertuju mengarah ke sepasang sejoli tersebut yang terlihat tengah tengkar. Tak hanya penghuni kelas saja, melainkan siswa siswi yang berada di koridor sekolah pun seperti nya juga tertarik melihat nya.

"No sakit, lepasin." Keluh hesya.

Alih alih di lepaskan, farzano malah memperkuat genggaman nya. Hesya berani bertaruh pasti setelah ini pergelangan tangan nya akan memerah.

Farzano membuka kasar pintu sebuah ruangan yang bisa di katakan ruangan gudang. Sebelum menarik hesya masuk ke dalam nya, lelaki tersebut menoleh dengan tatapan mematikan nya agar para siswa siswi yang bergerombol segera bubar.

Tubuh hesya ditarik paksa masuk ke dalam gudang yang minim pencahayaan tersebut. Farzano menutup dan mengunci pintu ruangan, dan kini hesya takut bukan main.

Tubuh mungil hesya di hempaskan yang membuat punggung gadis tersebut membentur ke tembok.

Lelaki jangkung yang tengah menatap hesya melangkah memperkikis jarak di antara kedua nya. Hingga, jarak wajah mereka hanya sebatas lima jengkal.

"Farzano kamu kenapa si?" Dengan nada yang sedikit terlihat kesal hesya berlantang.

"Aku cemburu! Puas?" Teriak nya yang sempurna menggema seisi ruangan.

Farzano mendekatkan jarak wajah nya, lalu dengan tatapan yang membuat hesya takut tersebut farzano bertanya, "kemarin gayhan tidur di rumah kamu hm?"

Hesya tidak langsung menjawab. Gadis itu terdiam dan berusaha memberanikan diri untuk menatap lelaki di hadapan nya.

"Jawab hesya! Jawab!" Lagi lagi lelaki tersebut menggunakan intonasi yang tinggi.

Hesya susah payah menelan saliva nya, lalu gadis tersebut menarik nafas perlahan.

"Iya, kemarin gayhan bermalam di rumah." Dengan semua keberanian nya hesya menjawab.

Kepalan tangan farzano meninju dinding tepat di sebelah hesya, hesya yang takut pun spontan memejamkan kedua mata nya.

"Udah aku bilang berkali kali hesya, jangan deket deket sama gayhan, laki laki bajingan itu ada rasa sama kamu!"

"Tapi apa? Kamu malah ngizinin gayhan tidur di rumah kamu. Kamu cewek yang lagi di rumah sendirian, kamu cewek murahan hah? Atau jalang?"

Air mata yang sedari tadi berusaha ditahan pun akhirnya menetes, mendengar lontaran kalimat terakhir farzano yang membuat hati hesya sakit.

Kedua tangan hesya lagi lagi di genggam pergelangan nya sangat keras oleh kekasih nya.

"Sya, aku gak mau kamu direbut sama gayhan. Kamu sama sekali gak pikirin perasaan aku hah?" Tanya lelaki yang kini rahang nya terlihat mengeras.

Dengan sekuat tenaga yang telah di kumpulkan hesya menghempaskan cengkraman tangan farzano.

"Mau ngomongin soal perasaan?" Dengan isak isak tangis nya hesya mencoba berbicara dengan oktaf nada tinggi.

"Gimana perasaan aku saat kemarin ngeliat kamu pulang sama cewek yang berusaha menjadikan kamu pacar nya dia? Oh tentu kamu gak tau perasaan aku karena aku jago menyembunyikan nya." Ujar hesya pelan namun penuh amarah.

IncognitoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang