31. Indomie kuah rasa soto

20 1 0
                                    

Tidak punya keluarga bukan artinya tidak punya rumah untuk berpulang, kita yang berbeda bisa bersatu untuk menjadi sebuah bangunan yang kokoh layaknya panti, tempat awal mula kita bertemu.

•••

"Ada apa gerangan sih kawan?" lelaki yang belum mandi sedari pagi tersebut mulai duduk di sebelah farzano yang terlihat tengah kesal.

"Kenapa si tiap hari lo banyak bacot banget?" farzano menoleh ke arah lelaki yang kini tengah mengupas kulit kacang bermerk garuda tersebut.

"Banyak bacot gimana si setan hah? gue tuh cuman nanya karena itu artinya gue perhatian njing ama lo!" lelaki yang mulut nya tengah sibuk mengunyah kacang itu pun tidak mau kalah bacot.

"Gue gak suka sama lo!" ketus farzano.

"Ya tau! lo kan bukan gay." Cibir gayhan.

"Konsep yang gue maksud bukan gitu bego!"

"Apaan si lo bego begoan aja! emang lo pinter? berasa kayak albert einstein lo?!"

"Lah gue emang pinter, lo lupa? gue selalu ngisi lemari itu." Farzano menunjuk dengan dagu nya ke arah lemari kaca berisi piala, medali, maupun piagam piagam yang memang milik semua bujang penghuni rumah tersebut.

"Gak usah betingkah deh lo, yang ngisi bukan lo doang ya monyet."

"Ayo terus terus debat, pertunjukan yang asik." celoteh zean sembari mengupas kacang kacang garuda.

Dua lelaki berkaos hitam yang tengah berdebat itu pun meredakan aksi debat nya lalu sama sama menoleh ke arah zean.

"Apaan si ege lo sok asik banget." Ujar farzano dan gayhan secara bersamaan.

Setelah berceloteh seperti itu, tawa mereka berdua pun pecah tak karuan dan saling ber-high five satu sama lain.

"Sialan." zean menimpuk farzano dan gayhan dengan kacang kupasan nya.

•••

Benda pipih yang terletak di atas meja berdering menandakan bahwa ada sebuah panggilan masuk.

Sang pemilik ponsel tersebut pun seketika terbangun dari tidur nya, ya, tiga lelaki--zean, gayhan, zano-- yang sedari siang tadi heboh tanpa mereka sadari mereka tertidur lelap di sofa ruang tengah.

Gayhan meraih ponsel nya dan melihat nama panggilan tak terjawab. saat mata nya masih terpaku pada layar ponsel, kawan di sebelahnya bercuit "Yang nelpon lo tama juga bukan?"

Gayhan hanya menjawab nya dengan dehaman. dengan kedua mata yang masih terasa sepat lelaki tersebut berjalan gontai menuju kamar mandi.

"Ayo no." zean bangkit dari duduk nya. yang merasa nama nya dipanggil pun menatap zean tanpa menghentikan aktivitas menggulatkan badan nya.

"Hah? kemana?" dengan suara serak khas orang bangun tidur farzano bertanya.

Ekspresi yang keluar dari raut wajah zean adalah ekspresi seolah olah ia ingin menelan farzano hidup hidup.

"Lo mau di depak tama dari sini?" ketus lelaki yang mulai memungut sampah sampah yang berserak.

Pada akhirnya, farzano pun bangkit dari duduk nya setelah melakukan sedikit peregangan pada otot otot nya.

"Pantesan tuh anak setan langsung milih mandi." cibir nya sembari memasuki sampah sampah kedalam kantong kresek yang di pegang nya.

•••

IncognitoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang