38. Membujuk Tama

76 1 0
                                    

Mempertahankan hubungan konsekuensi nya berat,
bahkan selalu bikin diri lo dalam situasi darurat.

•••

Hesya memandangi diri nya di dalam pantulan cermin. Luka di dahi nya sudah mulai kering dan tidak terasa begitu perih.

Anak gadis tersebut sudah berpenampilan rapih, dengan kaos berwarna milo dan rok levis se-lutut. dirinya sudah merancang suatu agenda kegiatan untuk hari ini, dan berharap semoga berjalan sesuai ekspetasi nya.

Sebuah tas kecil sudah di selempang kan di salah satu sisi bahu nya, dan kini hesya meraih ponsel nya yang berada diatas nakas.

Sekali lagi, hesya memutar suara rekaman di ponsel genggam nya tersebut.

Suara rekaman kala malam itu kembali hesya resapi, gadis itu mendengarkan baik baik rekaman tersebut sembari berfikir suara siapa yang mirip seperti peneror sialan itu.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh, hesya pun segera memasukan ponsel nya kedalam tas dan mulai melangkah keluar dari area kamar nya.

•••

Sepertinya sang kekasih belum juga memiliki ponsel yang baru, karena hesya berkali kali mengirim pesan melalui akun sosial media Instagram nya namun tak kunjung ada balasan.

Hesya pun mengambil nafas panjang lalu menghembuskan nya. kini diri nya sudah berdiri di depan pintu rumah bernuansa hitam putih alias kediaman sang kekasih beserta kawanan nya.

Jari hesya mulai menekan bel rumah, satu kali, dua kali, belum juga ada yang membuka pintu. dan barulah yang ketiga kali sosok lelaki muncul dari balik pintu dengan senyuman ramah nya.

Walaupun sedikit agak canggung, hesya tetap membalas senyuman tamah tersebut.

"Loh hesya? tumben nih, sini masuk dulu." ujar gerald yang terlihat sudah berpenampilan rapih.

"Hehehe iya bang." kekeh sang gadis.

Hesya pun mulai memasuki area rumah tersebut. Sepertinya penghuni rumah sedang tidak ada di rumah semua, karena suasana rumah yang terasa cukup sunyi.

"Duduk aja dulu sya, farzano nya lagi keluar, tadi dia gue suruh beli lampu bohlam." bang gerald memberi sedikit penjelasan.

Hesya menganggukkan kepala nya dengan di iringi senyuman manis milik nya. "iya bang gerald."

Gadis berkaos berwarna milo tersebut pun perlahan mulai mendaratkan bokong nya di sofa yang terletak di ruang tengah.

"Lo tunggu aja tuh cowok lo. kalo gitu gue pamit deh ya sya, ada urusan di luar." Dengan ramah nya gerald berbicara dengan hesya.

"Ah iya bang, hati hati." balas nya dengan senyuman.

Disaat jejak gerald sudah tidak terlihat, hesya pun menaruh pandangan lurus ke arah depan. Netra nya menangkap sosok tama dengan wajah khas nya yakni datar tanpa ekspresi.

Dengan susah payah anak gadis tersebut menelan saliva nya. lelaki di hadapan nya kini tangan nya penuh dengan bercak bercak merah ditambah lagi pisau yang terlihat tajam berada pada genggaman nya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 19, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IncognitoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang