22. Ulang tahun

83 8 0
                                    

terpaksa menjadi dewasa oleh semesta yang makin lama makin terasa bercanda.

•••

Pagi ini rasa nya sangat berbeda seperti pagi biasanya. keadaan rumah terasa sekali kesunyian nya, tidak ada sambutan hangat sang papah di pagi hari dan juga tidak ada keributan adu mulut dengan sang abang.

Hesya menghembuskan nafas berat nya. Anak gadis tersebut sudah rapih dengan seragam sekolah nya, awalnya hesya berniat untuk sarapan namun saat baru saja bokong nya mendarat di kursi meja makan mood nya langsung berubah, alhasil ia mengundurkan niat nya.

Mata nya tak sengaja mengarah ke sudut ruangan yang dimana lemari kaca terletak. Hesya bangkit dari duduk nya dan melangkah mendekati lemari tersebut, lemari kaca yang menyimpan sejuta kenangan, lemari dengan berisi kumpulan foto foto keluarga nya yang tersimpan rapih dengan figura.

Satu persatu tanpa terlewatkan satu pun hesya memandangi figura figura foto di dalam lemari kaca tersebut.
Mulai dari foto pernikahan papah dan mamah nya, foto haikal kecil, hesya kecil, sampai foto lima bulan lalu dimana hesya melakukan foto keluarga dengan mendiang papah dan abang nya.

"Mah, pah, sekarang tanggal 23 april." Hesya tersenyum sembari menatap figura yang berisi senyuman indah papah dan mamah nya.

"Lihat, anak bungsu kalian udah menginjak umur delapan belas tahun." Hesya tertawa renyah.

Kedua tangan nya bergerak untuk sekedar menyeka bulir air yang baru saja ingin membasahi kedua pipi nya.

Hesya terpaksa mengalihkan pandangan nya dari arah lemari kenangan ke arah pintu rumah nya karena ada seseorang yang mengetuknya.

Anak berseragam sekolah tersebut pun melangkah untuk membukakan pintu, dan terpampang lah remaja lelaki yang mengenakan seragam yang sama dengan dirinya.

Senyuman manis terbentuk di bibir nya seolah untuk menyambut hesya di pagi yang cerah ini.

"Udah siap hm? yuk berangkat." Ujarnya pada hesya, sedangkan gadis yang di ajak bicara masih terdiam paku karena merasa terheran heran melihat farzano yang datang di pagi hari seperti ini.

Hesya memang pernah sekali dua kali pulang sekolah dengan diantar sang kekasih nya, namun bila dijemput untuk berangkat sekolah bareng, ini adalah kali pertama farzano melakukan hal itu.

"Sya, happy birthday sayang." Tangan kekar tersebut mengulurkan sebuah kotak kecil berwarna hitam ke arah hesya.

Hesya menatap kedua bola mata milik pacar nya tersebut lalu mulai mengambil kotak pemberiannya setelah mendapat senyuman dari farzano, hesya membalas senyuman tersebut.

Bendungan air mata yang sedari tadi telah ditahan mati matian agar tidak jatuh pun kini jatuh juga, isak tangis pun mulai terdengar dari anak gadis yang kini mungkin sangat amat terpukul di hari yang seharusnya adalah hari paling bahagia nya.

Dengan sigap farzano membawa gadis nya tersebut ke dalam pelukan nya, mencoba memberikan kehangatan bagi hesya yang kini seolah tengah di terpa kesedihan yang mendalam.

Hesya pun menangis sejadi jadi nya di dalam pelukan sang pacar. Mungkin, semua perempuan akan melakukan hal yang sama dengan hesya saat tengah mendapatkan lelaki yang bersedia menjadikan dirinya sebagai tempat perlindungan.

IncognitoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang