14. Wejangan gayhan

108 20 0
                                    

Lebih baik lo yang siap kehilangan dari pada lo yang harus menghilang nantinya.

•••

Salah satu tangan nya terulur memberikan selembar pecahan rupiah kepada abang ojek online. setelah usai membayar tarif ojek, hesya pun mulai melangkah masuk kedalam rumah dengan sekantong tote bag belanjaan di tangan kanan nya.

Terlihat dari kendaraan yang terparkir di halaman rumah, bahwa sang kakak lelaki nya telah berada di rumah dengan seorang teman kuliah nya. dengan ekspresi wajah malas nya hesya melangkah memasuki ruang tengah, dan benar sang abang tengah mengobrol dengan teman nya sembari jari jemari nya bergerak di atas keyboard laptop milik nya.

Oh ternyata teman nya yang tengah bersama nya tersebut adalah gayhan. hesya sedikit melirik ke arah gayhan dan juga haikal, setelah itu dia lanjut berjalan begitu saja karena dirinya masih sangat amat kesal dengan abang nya yang tak menempati janji.

"Cie yang habis jajan, sini coba bagi bagi." ujar nya dengan tak tahu malu.

Hesya tak peduli dan mencoba menulikan pendengaran nya. gadis tersebut berjalan mengarah dapur untuk menaruh dan menata barang belanjaan nya di dalam kulkas. setelah selesai merapikan semua belanjaan, hesya berniat melangkah mengarah ke kamar nya dengan satu botol pocari sweet dan chiki pringles di dalam pelukan nya.

Langkah kaki hesya terhenti saat pandangan nya melihat sebuah paket yang terletak di atas meja makan. haikal yang memang sedari tadi melihat gerak gerik adik nya tersebut langsung bergumam saat hesya mengarahkan pandangan nya ke sebuah paket terbungkus kertas berwarna coklat. "Ah iya paket lu ya? tadi ada di depan rumah." ujar haikal dan hesya langsung meraih paket tersebut.

"Cie cemberut aja." lagi lagi haikal menggoda adik nya.

"Berisik." hesya menatap sinis ke arah dua lelaki yang tengah duduk di sofa tersebut. Ya, oke, gayhan tidak berbuat apa apa tetapi ikut kena imbas nya.

Hesya segera melangkah menaiki anak tangga satu persatu dengan menghentakan kaki nya dengan keras pertanda bahwa dia sangat amat kesal dengan abang nya yang selalu menjengkelkan.

"Galak galak amat si? besok gak gue anter sekolah nih." ancam haikal dengan niat lebih ke arah meledek, karena bila membuat sang adik kesal itu merupakan salah satu kebahagiaan tersendiri.

Hesya yang sudah berada di pertengahan anak tangga pun membalik posisi badan nya, dan menatap ke arah sang abang dengan sorot mata tajam. Tetapi abang nya itu tidak menganggap amarah nya ini serius, sangat kesal sekali bila hesya marah beneran tetapi abang nya malah tertawa tawa seolah mengejek.

"Ide bagus! gue juga gak mau berangkat bareng lo." Ujar hesya dengan semua rasa kesal nya.

"E--eh ya ilah sya gue bercanda. lagian kalo gak ama gue lo mau naik apaan?"

"Loh emang lo peduli? lagian juga lo kan udah pernah nyuruh gue buat berangkat sendiri. bahkan lo ga peduli juga kan gimana waktu itu kondisi gue? Bisa bisa gue gak jadi sekolah karna telat kalo ga ada temen lo yang nolongin gue waktu itu." Yap peperangan antara kaka dan adik di mulai.

"Yah sya masa gue temen nya haikal doang, berarti gue bukan temen lu dong? kita ga temenan nih?" balas gayhan yang mencoba membuat atmosfer mencair, akan tetapi seperti nya itu tidak berhasil...

IncognitoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang