33. Quality time

26 1 0
                                    

Tidak apa, aku paham. Karena memang tak akan secepat itu kita melupakan orang yang meninggalkan kita.

•••

Gadis yang sudah mengganti pakaian seragam nya dengan piyama tidur tersebut pun termenung, terduduk di pinggir ranjang.

"Hari ini kali pertama ngeliat farzano tenggelam dalam kesedihan sedalam itu." hesya tersenyum sedih.

"Farzano selama ini selalu nguatin aku, selalu jadi penopang saat aku goyang karena kepergian papa." gadis itu bermonolog sendiri.

"Tapi ternyata farzano juga butuh pegangan, dia gak se- kokoh kelihatan nya."

Kini anak gadis tersebut berjalan menuju kursi meja rias nya. ia mendaratkan bokongan nya, lalu menatap pantulan diri nya di kaca.

"Gayatri, maafin aku ya. aku udah ngambil farzano nya kamu."

Sesudah dari janji jiwa tadi, hesya itu pergi ke pemakaman. niat awal ia ingin mengunjungi orang tua nya, namun dirinya tidak sengaja melihat seorang anak laki laki berseragam sekolah yang tengah tertunduk menangis terisak isak di makam yang pernah di doain dengan hesya karena suruhan tama kala itu.

Farzano benar benar terlihat kacau disana. hesya tak ingin menghampiri nya, karena dirinya paham bahwa zano sangat membutuhkan waktu untuk sendiri.

Kini hesya bangkit dari duduk nya. ia ingin turun kebawah menuju ruang televisi.

Cuaca hujan deras, hesya ingin memastikan abang nya tengah apa sekarang. Bukan apa apa, hesya masih suka khawatir dengan kondisi abang nya itu tapi hesya malas banget nunjukin sikap peduli nya secara terang terangan kepada haikal.

ya gengsi dong.

Rupanya abang nya tengah fokus menonton salah satu acara kartun. haikal sempat melirik ke arah hesya saat adik nya tersebut baru saja menuruni anak tangga.

"Udah makan lo bang?" cuit hesya berjalan mendekat ke arah sofa.

"Ciee perhatian." haikal mengeluarkan ekspresi menggoda nya, dan itu menjengkelkan hesya.

"Lah? gue nanya lo udah makan karena mau nanya ada lauk apa? gue laper pengen makan juga. kegeeran aja lo." sahut hesya mengalihkan.

Bersyukur sekali hesya bisa mengalihkan topik, karena dirinya malas banget kalau terlihat begitu peduli dengan kakak lelaki nya tersebut.

Disaat kakak beradik tersebut masih ribut ribut, ada seseorang diluar rumah yang memanggil nama hesya.

Suara nya tidak terlalu terdengar karena suara hujan deras yang lebih mendominasi.

"Ada yang manggil lo ya?" mereka saling bertatapan.

"Iya bang kayak nya gitu..." balas hesya sama bingung nya.

Hesya pun mulai melangkah kan kaki nya mendekati pintu rumah dengan di pandu oleh sang kakak lelaki, ya hesya mengekor di belakang haikal.

Pintu rumah mulai terbuka, haikal terpaku beberapa saat, karena lelaki itu benar benar tak habis thinking!!!

"Zano?!!" cuit gadis yang baru keluar dari persembunyiannya di belakang punggung sang abang.

Dengan cekatan gadis itu pun segera mengambil payung lalu mulai membukakan pagar untuk kekasih nya tersebut.

"Orang kalo bucin serem banget."

IncognitoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang