36. Gayhan lepas kendali

69 3 0
                                    

"Kenapa seolah gue penghambat kebahagiaan lo?"

•••

Lelaki tersebut segera menuruni anak tangga dan menghampiri kawan akrab nya yang tengah duduk di ruang televisi sembari santai menikmati batang nikotin.

Ya, gayhan melipir mampir ke rumah sang sahabat setelah mendengar kabar tentang hesya.

Sebatas memberi satu bungkus roti sobek bermerk sari roti serta satu kopi janji jiwa. gayhan, tipikal orang yang hemat.

Pria tersebut mendaratkan bokong nya tepat disebelah pria yang tengah merokok.

"Gue gak habis pikir kalo lo gak dateng waktu itu juga." ujar gayhan.

"Gue bakal merasa kayak gak ada tujuan hidup lagi, karena udah gagal." jawab sang pria yang tengah mematikan sumbu rokok nya.

"Beruntung nya lo masih bisa jadi sosok abang yang baik, lo berhasil dalam peran lo, thanks." mereka saling tatap, karena haikal masih tidak paham.

"Maksud lo?" tanya nya, namun gayhan hanya mengangkat kedua bahu nya acuh. "Oh, gue tau arah pembicaraan lo." sambung haikal.

"Cukup, jangan pernah merasa bersalah atas kepergian adik lo. takdir hidup nya emang udah kayak gitu, kalo tuhan udah berkehendak lo bisa apa?" Haikal menepuk bahu sahabatnya dua kali.

Dan gayhan hanya mengangguk angguk sembari menghembuskan nafas berat nya.

"Kronologis nya kayak gimana kal?" gayhan menoleh ke arah lelaki yang memiliki nama haikal tersebut.

"Enggak jelas han, gue gak tahu tepat nya gimana. intinya pas gue menuju ke jalan itu, adek gue udah duduk lemes di aspal senderan tembok. terus ada orang yang emang langsung lari pas gue mulai ngendarain motor ngedeketin hesya." Jelas nya.

"Gue belum berani nanya nanya lebih detail nya." lanjut haikal.

"Kal, coba bawa hesya ke psikolog." gayhan bercuit memberi saran.

"Maksud lo apaan? lo kira adek gue gila?" haikal sontak langsung menoleh ke arah gayhan.

Gayhan sedikit emosi mendengar penuturan tersebut. kenapa sahabatnya ini memiliki pemikiran yang kuno?
Memang nya, jika datang ke psikolog hanya untuk orang orang yang berstatus gila?

"Wesss tenang, gue gak ada bilang kayak gitu?" Untuk mencairkan suasana, gayhan menjawab dengan nada yang ceria.

"Takutnya hesya trauma kal. nanti yang ada dia jadi takut bersosialisasi." gayhan mencoba menjelaskan opini nya.

Masalahnya ini bukan kali pertama nya kal, selama ini dia terus di teror secara gak jelas. masa lo ga pernah sadar? Dalam diam nya, gayhan membatin.

"Nanti gue coba ajak ngobrol dia deh." kata lelaki berstatus abang hesya.

Gayhan mengangguk.

"Gue pamit, udah mau magrib." pria tersebut bangkit dari duduknya.

"Ok deh, thanks han." mereka pun high five ala ala mereka.

IncognitoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang