35. Peneror berulah lagi

24 2 0
                                    

Sepertinya, darah mu terlihat manis layaknya wine, apakah aku boleh mencicip nya?

•••

Bisa dihitung, hari ini adalah hari terakhir pelaksanaan. Selama ujian tersebut berlangsung, hesya memang selalu pulang lebih larut dari biasanya.

Ujian sudah berlangsung kurang lebih selama empat hari, dan selama itu juga hesya merasa bahwa dirinya jauh dari Farzano.

Selama itu hesya sama sekali tidak bertatap muka apalagi bertukar bicara dengan kekasih nya.

Mereka terpisah absensi, Jadi jadwal masuk sekolah tidak sama. Hesya kebagian absen bawah, Farzano absen atas, bersama anggelin.

Gadis itu terlihat celingak celinguk untuk mencari keberadaan sang kekasih, namun hasilnya sama saja seperti sebelumnya, farzano tidak dapat ditemukan. mungkin dia sudah pulang duluan tanpa mau bertemu terlebih dahulu.

Hesya pun pasrah toh nanti dia bisa menghubungi kekasih nya itu lewat whastapp kan? sekarang dirinya kembali mempersiapkan diri untuk sesi ujian.

•••


Awan awan gelap sudah mulai bergerumbul memenuhi langit. Bahkan adzan magrib pun sudah berkumandang, namun gadis tersebut masih berdiri di ambang depan gerbang sekolah.

Sekolah belum terlihat begitu sepi, hesya tidak sendirian karena ada beberapa anak juga yang masih menunggu jemputan nya.

Sedari tadi hesya menatap layar ponsel nya, bolak balik membuka roomchat abang nya dan juga farzano, ingin mencoba meminta jemput namun hesya merasa takut.

Takut merepotkan, lagi pula mereka bukan lah tukang ojek. pikir hesya.

"Oh, abang pasti lagi sibuk." cuitnya tatkala dirinya membuka aplikasi instagram dan memencet status Instagram dari kekasih kakak lelakinya tersebut.

Abangnya masih berada di kampus, dan pasti saja masih di repotkan dengan kegiatan organisasi nya, sangat tidak memungkinkan bila hesya tambah merepotkan dia lagi.

Hesya mencoba mengirim kan pesan kepada pacar nya, satu pesan, dua pesan. terkirim dan menandakan ceklis satu, ah sudahlah hesya tidak mau merepotkan farzano.

Hesya ingin memesan ojek online, hesya juga bisa saja menumpangi mobil angkutan umum, masalah nya uang saku ia hilang, jatuh entah dimana. Sialnya, gadis itu baru menyadari kehilangan nya saat tadi keluar ruang ujian, sudah tidak ada kemungkinan untuk mencari lembar rupiah biru tersebut di selasar koridor.

Nasib malang.

Dihembuskan nafas berat nya, lalu kaki kaki nya mulai digerakan untuk melangkah menyusuri jalanan.
Iya benar, hesya memilih untuk pulang jalan kaki. Walaupun ini adalah pilihan yang bodoh karena jarak rumahnya yang lumayan jauh untuk ditempuh, namun tidak ada salahnya untuk dicoba, lagian tidak ada pilihan lain lagi.

Sebisa mungkin dia memilih jalan yang masih terlihat ramai, sesekali juga hesya mengecek ponsel nya entah itu untuk memastikan kabar dari abangnya dan farzano ataupun hanya untuk penghilang penat dan jenuh.

Nafas nya sudah terputus putus, ia melirik jam di ponsel nya, wow sudah memakan waktu kurang lebih satu jam untuk menempuh jalan. syukur nya kini hesya sudah berada di area perumahan nya. dan seperti biasa, perumahan nya terlihat sepi.

Gadis itu sedikit berdiam diri hanya untuk memikirkan jalan mana yang harus ia pilih untuk di tempuh. Haruskah ia melewati jalan utama yang jalan nya memutar lumayan jauh namun walaupun sepi jalanan itu terlihat terang, atau jalan tikus yang biasanya, sebuah jalan lorong dengan minim pencahayaan, namun itu sangat mempercepat waktu dirinya untuk segera tiba di rumah.

IncognitoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang