26. Belajar bareng

44 3 0
                                    

Nyatanya hubungan dijalanin bukan untuk menunda perpisahan, tapi emang udah seharusnya dinikmatin sampai saat nya perpisahan itu tiba.

•••

Hesya perlahan membuka kedua mata nya. gadis tersebut mengerjap beberapa kali. ia mulai menatap sekeliling nya.

Kedua mata nya terbuka lebar hingga seolah olah bola matanya ingin loncat keluar karena saking kagetnya hesya melihat bahwa lelaki yang tengah berbaring di brankar sudah terbangun dari koma nya.

"kok lo plototin gue si?" kalimat pertama yang hesya dengar dari bibir sang abang setelah sekian lama.

"ABANG..." jerit hesya dan setelahnya tangis gadis itu pecah.

Hesya memeluk erat tubuh kakak laki laki nya. gadis tersebut membenamkan wajah nya yang tengah terisak di dalam dada lelaki yang berpakaian baju pasien.

Kini tangan yang dilengkapi kabel infus tersebut mengelus lembut penuh kasih kepala anak gadis yang sampai kini masih menangis.

"Udahan nangis nya, ga malu lo tuh ada pacar lo." cibir lelaki yang masih mengelus lembut rambut sang adik tercinta.

Hesya berhenti memeluk tubuh lelaki tersebut. Dengan sesegukan tangis yang tersisa hesya menoleh ke arah dua pria tang tengah berdiri menghadap ke arah dirinya dan sang abang.

Kedua lelaki---gayhan dan farzano---yang tengah berdiri macam bodyguard tersebut melemparkan senyuman nya masing masing ke arah hesya. gadis yang diberi senyuman hanya diam saja, hesya benar benar masih syok, bingung, terharu, kaget, pokok nya semua nya seolah tercampur aduk.

"ssss..." desis haikal pelan karena dirinya yang mencoba mengganti posisi tubuh nya.

Semua mata yang ada disana langsung tertuju pada pria tersebut.

"Abang!" omel sang adik yang sangat amat khawatir.

"Jangan banyak gerak dulu, jahitan abang itu belum kering, abang juga baru aja siuman, pokoknya abang jangan kebanyakan gaya gerak gerakin tubuh!!!" Cerocos gadis berpiyama tidur tersebut.

Yang diomelin tersenyum.

"Bang, sakit banget ya pasti? hesya minta maaf ya?..."

"Kok lo minta maaf? apa maksut? emang nya lo yang nusuk perut abang? atau jangan jangan ini pasti suruhan lo ya sya? ngaku lo." ujar pria yang memegangi perut bawah nya.

Bibir hesya mencebik dan kedua mata nya melotot kesal. "Ih abang lagi sakit aja masih bikin emosi. tau ah males banget."

Haikal mengulurkan tangan nya untuk mencubit hidung sang adik perempuan nya tersebut.

"Maafin ya, gue yang sekarang seharusnya jadi orang yang selalu bisa lo andalkan malah dalam kondisi lemah gini. gue benci banget gak bisa jagain lo, gue gak ada disisi lo waktu tragedi semalam." jujur kini rasa nya kedua mata haikal terasa panas karena ingin menangis, namun sebisa mungkin tangisan nya lelaki itu tahan.

Tangan hesya membekap mulut sang abang dengan seenak nya. alhasil haikal pun berhenti berbicara.

"suttt udah diem, yang penting hesya gak kenapa napa bang. lagian kan nama nya musibah siapa yang tahu." Ujar gadis tersebut.

IncognitoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang