21. Penusukan

94 9 0
                                    

Siapapun, kapanpun, dimanapun, bisa membahayakan.

•••

Hari ini gadis dengan rambut yang terlihat lepek karena keringat pulang dengan diantar abang ojol dikarenakan sang abang yang mengabari bahwa ia balik ngampus lebih cepat dari biasanya nya.

Seusai mengucapkan salam, hesya pun segera masuk ke dalam rumah dengan terlihat tanpa ada niat hidup, ya bisa dibilang tidak bersemangat.

Saat langkah nya memasuki ruang tengah, rupanya dirinya sudah disuguhkan oleh tiga orang anak manusia---haikal, gayhan, rara--- yang tengah duduk entah lagi ngapain.

"Cowok nya ga disuruh masuk?"lontaran pertanyaan saat hesya menatap sang kaka lelaki nya.

"Abang ojol?" Hesya bertanya balik.

"Ga balik ama farzano?" Tanya anak lelaki yang mulai memasang wajah introgasi nya terhadap sang adik.

Hesya menggeleng, lalu mulai kembali melangkah ke arah lantai dua dimana kamar nya terletak.

Kaki hesya seketika berhenti bergerak di pertengahan anak tangga saat mendengar sang abang bersuara.

"Putusin dia."

Hesya membalik badan nya."sinting." Lalu gadis tersebut mempercepat pola gerak kaki nya agar cepat sampai di dalam kamar nya.

Di lempar kan tas nya ke sembarang arah lalu tanpa berganti baju terlebih dahulu, hesya merebahkan tubuh nya di atas matras ranjang nya dengan kedua tangan yang di rentangkan.

Anak bungsu tersebut menatap ke arah langit langit kamar dengan isi pikiran yang kemana mana.

Dan lagi lagi dengan sederet kalimat dari tama yang selalu menambahkan beban pikiran nya.

Ya, saat tadi menunggu ojek online tak sengaja hesya bertemu dengan tama yang tiba tiba datang ke sekolahan untuk mencari farzano.

Dan lelaki jangkung berkaos hitam tersebut sempat mendekat ke arah hesya lalu tanpa basa basi ia berkata.
"Siapapun, kapanpun, dimanapun, bisa membahayakan."

Lima kata simple yang sempurna membuat hesya bertanya tanya. Ingin nya hesya tidak mau mengambil pusing dan berniat sebagai angin lewat saja, tapi hesya pikir setiap kalimat aneh yang di ucapkan oleh tama seperti ada benar nya, seperti ada makna nya, dan sepertinya tama memang paham betul masa lalu farzano.

Hesya bangkit dari rebahan nya lalu segera menuju ke kamar mandi untuk membersihkan badan nya yang sudah sangat lepek keringat.

•••

Langit cerah mulai terlihat gelap karena memang sudah masuk waktu nya matahari tenggelam.

Hesya keluar dari kamar nya dan mulai menuruni anak tangga satu persatu. Pandangan di ruang tamu masih sama, masih terdapat gayhan dan juga mbak rara di sana.

Ketiga nya menaruh pandangan pada hesya yang sudah berpakaian celana levis dan juga hoodie abu abu.

"Sya makan dulu, itu ada ayam di meja." Dengan suara lemah lembut nya mbak rara menawarkan makan.

"Hesya gak laper mbak." Jawab nya singkat.

"Sya, gak usah terlalu dengerin apa kata orang termasuk abang kamu sendiri. Hubungan kamu gimana kamu, kamu yang paham betul karena kamu yang ngejalanin. Keputusan sepenuh nya ada di tangan kamu sendiri." Hesya mendengarkan seuntaian kalimat tersebut dengan seksama. Rasanya, gadis tersebut ingin sekali langsung memeluk anak gadis yang usia nya lebih tua darinya tersebut.

IncognitoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang