4. Ritual

382 35 0
                                    

Dunia ku semua tentang darah dan mayat. Tapi, kamu akan ku pastikan bisa terbiasa dengan semua itu.

•••

Di nyalakan pemantik api nya, lalu di hisap gulungan nikotin tersebut saat sudah menyala.

Sembari menghembuskan asap, kedua mata nya dengan sangat jelih menatap ke arah seorang laki laki bertopi hitam yang tengah duduk dengan minuman beralkohol nya.

Terlihat, lelaki tersebut berumur kisaran empat puluh lima tahunan. Dan, itu adalah mangsa yang akan di tangkap farzano malam ini.

Tugas nya kali ini adalah membawa seorang mafia yang persis di foto yang sudah di kirimkan oleh atasan nya. Dan perlu kalian tahu, farzano harus membawa mafia tersebut dalam keadaan tak bernyawa, ya berupa mayat.

Membunuh orang? Itu tugas yang sangat sangat mudah bagi lelaki yang menduduki kursi kelas akhir sekolah menengah atas tersebut.

Lelaki tua tersebut sudah mulai keluar dari area club malam setelah membayar minuman botol nya. Dengan hati hati dan keahlian nya farzano berjalan mengikuti secara diam diam.

Farzano yang mengenakan jaket hitam tersebut pun segera menumpangi motor sport milik nya itu dan mulai mengikuti mobil sedan berwarna hitam mengkilap tersebut.

Senyuman miring tercetak di wajah yang tertutup helm saat mobil yang di ikuti nya memilih jalanan yang sepi nan gelap. Farzano segera menambahkan kecepatan motor nya lalu dengan lihai nya lelaki tersebut menarik rem nya tepat di depan mobil tersebut seperti pada film film action.

Alhasil mobil sedan hitam mengkilap tersebut mengerem mendadak. Terlihat dengan jelas bahwa sang pengemudi tak terima dengan perlakuan farzano, pengemudi tersebut keluar dari mobil nya dengan semua bacotan bacotan yang di keluarkan nya.

Di buka nya helm yang terpasang dengan kondisi masih duduk di atas motor. Wajah datar nan dingin nya ia tunjukan ke arah lelaki bertopi tersebut.

Selangkah demi selangkah lelaki tersebut berjalan menghampiri seorang mafia yang tengah mengeluarkan tembakan api pada balik saku jaket nya.

"Keep calm, tuan Axel." farzano tersenyum, namun senyuman nya jauh berbeda dengan yang sering di berikan untuk hesya.

"Jangan macam macam anda." lelaki yang di ketahui bernama axel tersebut semakin mendekatkan pistol nya ke arah farzano yang tengah terus melangkah maju.

Walau sebuah tembakan api telah berada di hadapan nya, namun kini farzano masih sangat santai menghadapi mangsa nya tersebut. Entahlah, mengapa lelaki itu bisa sangat santai padahal dia hanya memegang senjata berupa pisau lipat saja, sedangkan lawan nya? Dengan senjata yang dua kali lebih membahayakan.

"Biar saya jelaskan kesalahan anda." di angkat satu alis nya sembari tersenyum lebar. "Anda kabur begitu saja setelah kalah dalam taruhan anda, dan sekarang nyawa anda yang harus anda serahkan." sambung farzano melanjutkan kalimat nya.

"Oh baiklah, jadi jack sialan itu menyuruh bocah seperti kamu untuk membunuh saya?" lelaki tersebut tertawa kecut sembari mengisi peluru pistol nya.

Lelaki berjaket hitam tersebut berjalan mendekat ke arah mobil sedan hitam mengkilap tersebut. Insting farzano mengatakan bahwa peluru pistol tersebut akan segera mengarah pada nya. Dan, lagi lagi insting nya tak pernah salah.

Suara pistol tersebut terdengar begitu kencang di area sepi tersebut. Peluru tersebut melesat ke arah kaca mobil yang mengakibatkan kaca tersebut pecah sempurna. Bayangkan bagaimana jika itu kepala farzano? Untung saja lelaki tersebut sangat lihai menghindar.

Lelaki remaja berjaket hitam tersebut dengan cepat menendang tangan mafia tersebut hingga pistol miliknya itu terlepas dan terlempar jauh.
Aksi perkelahian tak berjalan lama karena setelah itu dengan mudah nya mafia tua itu terbunuh dengan pisau lipat kesayangan farzano.

•••

Seusai menyelesaikan semua tugas nya, dirinya mulai menerjang kembali angin malam dengan tujuan menuju ke rumah sang gadis tercinta. Hanya sekedar untuk mampir, menengok wajah indah nya agar rindu yang di tampung nya lekas terbayar.

Tepat di tikungan yang mengarah ke rumah pujaan hati nya dirinya melihat seorang gadis tengah berjalan dengan piyama tidur nya. Di hentikan motor milik nya itu tepat di samping gadis tersebut.

Dengan refleks nya, alat pembolong kertas yang terbuat dari besi itu dengan cepat nya menyerang tangan nan kokoh yang memegang pundak nya secara tiba tiba.

Farzano meringis, lalu segera membuka kaca helm fullface nya dan terpampang lah wajah nya sekarang. Hesya terlonjak kaget saat melihat wajah tampan yang tak asing itu, dengan cepat dia memelas meminta maaf pada sang pengisi hati nya tersebut.

"Aduhh no maap, aku beneran gak sengaja, tadi aku refleks banget." terlihat kepanikan sedang melanda gadis dengan piyama tidur tersebut.

Tangan yang lebih kecil dan lebih mulus di bandingkan tangan milik farzano itu terus mengusap usap dan menghelus helus tangan nya yang tadi tak sengaja terkena besi pembolong kertas yang seperti nya baru saja hesya beli dari toko atk.

"Masih sakit nggak?" tanya gadis tersebut dengan rasa khawatir yang belum sirna.

Farzano menganggukkan kepala nya saat sang gadis nya itu menatap ke arah nya. Lalu lelaki tersebut tersenyum saat melihat gadis nya sangat fokus dengan tangan nya yang padahal tak sakit sama sekali.

"Harus kamu cium biar cepet sembuh." ujar farzano dengan gelak tawa nya.

Hesya yang sudah sadar akan kejahilan pacar nya tersebut pun segera menghilangkan ekspresi khawatir nya dan tergantikan dengan wajah kesal.

"Nyebelin." ujar hesya setelah itu langsung melangkah naik ke atas jok motor nan tinggi tersebut.

"Kamu ngapain? Emang aku nyuruh kamu naik?" suasana yang di penuhi tawa seketika berubah sunyi.

Gadis dengan kantong plastik yang di genggam nya itu pun mencoba melangkah turun namun tertunda karena lelaki sang pemilik motor mencegahnya.

"Aku bercanda sayang." lagi lagi farzano tertawa. Dengan cepat hesya yang ada di belakang nya pun segera menghadiahi pukulan bertubi tubi pada punggung lelaki yang di sayangi nya tersebut.

"Kamu abis dari toko atk?" tanya farzano sebelum menyalakan mesin motor nya.

"Iya." kepala hesya mengangguk.

"Kok gak lewat jalan yang lebih deket?" tanya farzano sembari memasukkan kopling motor nya.

"Setelah kejadian waktu itu aku gak berani lagi lewat koridor gelap itu. ih amit amit." tutur hesya.

Farzano hanya tersenyum. Dan senyuman nya itu tambah mengembang saat sang gadis menuruti perintah nya agar pegangan yang erat, dan benar saja heysa melingkari tangan nya pada pinggang milik farzano.

Kedua roda motor ninja berwarna hitam tersebut sudah mulai berputar melewati jalanan yang cukup sepi pada saat malam hari. Terus berjalan menyusuri jalan menuju rumah hesya dengan angin angin malam yang sangat menusuk ke dalam kulit.

"Kok kamu malah pilih jalan yang melambung si? Kenapa gak lewat tikungan yang itu? Kan lebih deket?" hesya berkomentar karena yang mengetahui bahwa sang pengendara motor memilih jalan yang lebih melambung.

"Gak apa apa, biar aku bisa lebih lama lagi berduaan sama kamu." kenapa sih? Kok kata kata farzano selalu berhasil membuat hesya tersipu!?

•••

Jangan lupa untuk memberikan asupan yang menyehatkan bagi ku, yaitu berupa vote dan komen kalian.

Salam sayang dari penulis.

IncognitoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang