33: Jebakan Vikro

763 79 22
                                    

Alohaloooo ii kambek di cerita ini setelah sekian purnama huhuuhuhuu 😭😭😭😭😭🤗🤗🤗🤗

Seneng banget ii akhirnya bisa up lagi, semoga masih ada yang nunggu heheee...

V  O T E
A N D
C O M M E N T

(Haturnuhun 😊)

🌷HappyReadingGengs🌷

Melamun. Itulah yang akhir-akhir ini sering Anna lakukan. Tatapan mata gadis itu terkadang sampai benar-benar kosong, namun di lain sisi terlihat campur aduk. Kenyataan yang baru dia dengar dari Bagas benar-benar mengoyak hatinya. Secara tidak langsung laki-laki yang ingin dia dapatkan maafnya itu adalah orang yang menggiringnya menuju kengerian yang paling mengerikan. Tapi apa mau di kata, mungkin memang inilah takdir Anna untuk menggugurkan dosa-dosanya yang sangat banyak itu.

Namun sejak obrolan penuh emosi dengan Bagas beberapa hari yang lalu, Anna kini menjaga jarak dengan dosen sekaligus mantannya itu. Setiap kali bertemu Bagas di kampus atau dimanapun dia akan menghindar. Dia juga selalu mencari alasan jika Bagas ingin menemuinya. Termasuk segala pesan, telpon, dan sejenisnya yang juga selalu Anna abaikan. Saat ini gadis itu masih perlu waktu untuk menerima semua kenyataan itu. Hatinya masih terlalu nyeri untuk sekedar bertegur-sapa dengan Bagas. Entahlah, dia merasa sedih sekaligus kecewa sekali. Apa dulu Bagas juga sekecewa ini?

Drrrt.... dddrrrrtttt...

Hp Anna berbunyi menandakan ada panggilan masuk. Anna meliriknya sekilas dan memilih mengabaikan panggilan itu. Tapi seseorang di sabrang sana tidak menyerah untuk terus menghubunginya.

Tiing...

Kali ini sebuah pesan yang masuk.

Tolong angkat telponnya Na
Aku minta maaf
Tolong jangan hindari aku terus
Kita perlu bicara Na

Begitulah isi chat yang Anna terima. Gadis itu menghela napas berat, lalu membenamkan wajahnya dilipatan tangannya yang berada di atas meja.

"Na... nanana... na... Akulah orang yang kan selalu memujamu, menikmati indahmu dari sisi gelapku..." Indera pendengaran Anna menangkan sebuah lagu yang dinyanyikan langsung oleh seseorang. Ini suara Vikro, Anna sudah hafal. Bos di tempatnya kerja itu memang memiliki suara yang unik saat bernyanyi, bukan hanya bagus tapi juga berkarakter.

"Gue narik dulu ya, jangan bengong terus entar kalau Julian sama Rosa ribut lagi gak ada yang ngelerai,"

Anna hanya tersenyum kecil menanggapi candaan bosnya itu. Begitu bosnya pergi, Anna kembali melamun sampai jam kerjanya siang ini selesai dan dia harus kembali ke kampus karena  ada jadwal.

"Anna," sapa seseorang yang suaranya begitu familiar.

Gadis itu mematung di tempat saat Bagas yang hanya berjarak beberapa meter berjalan menghampirinya. Sial, gara-gara melamun Anna kecolongan. Ingin menghindar, namun dosen sekaligus mantannya itu sudah ada di depan mata.

Sorot mata Bagas masih menyiratkan penyesalan dan rasa bersalah, namun ada kelegaan juga di sana. Mungkin karena akhirnya dia bisa menemui Anna setelah gadis itu selalu menghindarinya.

Bagas melirik sekitar dengan sekilas. "Pulangnya saya antar ya, kita perlu bicara."

Anna tidak menjawab, dia hanya membuang muka. Bagas menghela napas berat. Kesalahannya memang sangat fatal. Entah bagaimana cara mendapatkan maaf gadis di hadapannya ini. Dulu saat Anna ngambek atau marah biasanya Bagas akan mengusap-usap telinga Anna sampai gadis itu terlelap atau kalau tidak dia akan mengelus-elus puncak kepala gadis itu sampai senyumnya terbit lagi. Tapi untuk saat ini jelas Bagas tidak bisa melakukan hal itu. Kesalahannya benar-benar fatal sampai menyebabkan trauma hebat dan nyaris merenggut masa depan seseorang yang dia sayang. Lagipula ini masih di area kampus.

EXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang