12 : Batin

1.5K 135 28
                                    

Alohaaaalooo gaeeng iii kambek😊😊😊. Jangan lupa vote dan komennya buat terus ngedukung cerita ini dan ii yaaaa. Makasih sebelumnyaaaa..

😈HappyReadingGesng😈

Orang bilang, tak ada manusia yang sempurna. Sesempurnanya seorang manusia pasti memiliki cacat juga. Entah yang terlihat atau pun tidak.

Seperti Bagas, sepanjang jalan pulang laki-laki itu merutuki kebodohannya. Kebodohannya yang lagi-lagi terpengaruh oleh Anna. Sebenarnya siapa gadis itu? Apa dia semacam jelmaan dewi?

Bagas keluar dari mobilnya dengan sedikit lesu. Hari ini dia benar-benar sangat lelah. Masuk ke apartemennya, laki-laki itu langsung membuka kancing kemejanya. Laki-laki itu menjatuhkan dirinya di sofa tunggal yang berada di dekat jendela. Dia menghembuskan nafasnya berat, lalu memijit pelipisnya.

Drrrt... ddrrrttt... drrrttt...

Ponsel di saku celana Bagas bergetar menandakan ada panggilan masuk. Tanpa melihat siapa yang menelpon, Bagas langsung mengangkatnya tanpa minat.

"Hallo?"

"Hallo, Mas Bagas?" balas seseorang di sebrang sana.

Perempuan? Bagas menyerngitkan dahi. Laki-laki itu melihat nomor siapa yang menelponnya.

Bu Wanda Dosen.

Itulah nama yang tertera di layar ponselnya. Bagas mengingat-ingat sedekat apa dia dengan rekan kerjanya itu hingga perempuan itu kini memanggilnya mas. Tapi dia rasa hubungannya biasa saja sama seperti dengan rekan kerja lainnya. Kecuali mungkin akhir-akhir ini perempuan itu memang lumayan sering mengechatnya. Tapi sejauh ini Bagas hanya membalas seperlunya. Lalu kenapa panggilan 'Pak' itu tiba-tiba berubah jadi 'Mas'? Bukannya Bagas tidak mau dipanggil seperti itu. Hanya saja dia merasa risi karena tidak terbiasa, apalagi dipanggil seperti itu oleh orang yang termasuk jajaran baru dikenalnya.

"Ya?" tanya Bagas datar.

"Udah pulang?" tanya Wanda yang entah bagaimana di telinga Bagas suaranya seperti dibuat-buat manja.

"Sudah." jawab Bagas,  "Ada apa?"

"Eum... enggak, malem ini sibuk gak?" tanya wanita yang jadi bahan perbincangan seantero kampus karena kecantikan dan kemolekan tubuhnya itu.

"Sibuk." jawab Bagas cepat, "Kalau tidak ada hal penting lainnya saya tutup."

"Eh itu---" Tut... tut... tut...

Belum sempat Wanda menyelesaikan kalimatnya, Bagas sudah langsung menutup sambungannya. Terserah jika nanti Wanda menaruh dendam padanya dan akan balik membencinya. Yang jelas saat ini dia sedang tidak ingin diganggu.

Bagas lalu berdiri dari duduknya dan masuk ke dalam kamar mandi. Laki-laki itu lalu membuka kemejanya dan memasukkannya ke keranjang khusus baju kotor yang berada di sudut kamar mandinya. Dia lalu menyalakan shower.

Bagas kembali menghela nafas berat. Air dari sower yang menghujaminya tak sedikitpun mengalihkan pikirannya dari mantannya yang sekarang menjadi mahasiswinya itu.

Bagas menyisir rambut basahnya dengan jari saat bayangan Anna yang tengah berduaan dengan laki-laki yang pernah bertemu dengannya saat membeli sate beberapa hari yang lalu kembali menari-nari di benaknya. Ya sebelum pulang, Bagas sempat melihat Anna di tepi jalan. Laki-laki itu hendak menghampiri Anna, tapi dia ragu. Akhirnya laki-laki lain lebih dulu menghampiri mahasiswinya itu dan mengantarnya pulang. Bagas sempat mengikuti keduanya. Tapi saat kewarasaan kembali menguasai, Bagas langsung putar arah.

Melihat keduanya entah kenapa Bagas tidak suka. Bukan karena Bagas cemburu, ya Bagas yakin bukan karena hal itu. Tapi karena hal lain. Bagas tidak suka cara laki-laki itu tersenyum dan menatap, apalagi saat menatap Anna. Entahlah, Bagas seperti merasa sesuatu yang ganjil.

EXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang