16 : Pembicaraan Serius

1.5K 147 30
                                    

Alohaloooo ii kambek di cerita ini. Oh ya beberapa part di cerita ini ii unpublish ya selama bulan puasa. Di cerita lain juga.

V  O T E
A N D
C O M M E N T

(Haturnuhun 😊)

🌷HappyReadingGengs🌷

"Baik, untuk pertemuan kali ini saya cukupkan sampai di sini." ujar Bagas membuat mahasiswanya yang tadi sempat menegang saat diskusi dan adu argumen dengannya menghela nafas lega. Laki-laki itu membereskan alat tulisnya begitupun dengan mahasiswanya. Kegaduhan mulai terdengar di setiap sudut ruangan.

"Untuk presentasi selanjutnya saya harap kelompok berikutnya lebih mempersiapkannya lagi." Dan ucapan Bagas selanjutnya mampu membuat jantung seisi kelas yang tadi sudah normal kembali bertalu-talu cemas.

"Baik, Pak..." ucap mahasiswa Bagas kompak. Kecuali seorang gadis yang asik memasukkan buku-bukunya ke dalam tas dengan tatapan kosong.

"PJ kelas, bawa hasil presentasi dan diskusi kelompok hari ini ke ruangan saya." Bagas kembali berkata tanpa ekpresi. Laki-laki itu langsung melangkahkan kakinya begitu peralatan tempur di kelasnya sudah tersusun rapi di ranselnya, tanpa menunggu Anna si PJ kelas yang dimaksudnya.

"Ssstt..." Asa yang duduk di samping Anna segera menyiku lengan sahabatnya yang sepertinya tengah melamun itu.

"Ya?" tanya Anna pada Asa dengan sedikit tersentak.

Asa melirik Bagas yang kini tengah menatap dengan tatapan datar pada Anna. Gadis bertubuh gemuk itu memberi kode yang sayangnya kurang ditangkap maksudnya oleh sahabatnya itu. Sementara dosen muda itu harus menghentikan langkahnya karena mahasiswi yang diberi tugas olehnya yang malah melamun.

Asa meringis kecil, antara ngeri dan juga gemas. Harus sampai kapan mereka berlaga tidak pernah terjadi apa-apa?

"Ulangi tugas dari saya!" perintah Bagas lugas dan tegas, membuat suasana kelas yang tadinya lumayan ribut seketika hening. Ada aura mencekam di dalamnya, persis seperti diskusi tadi. Dosen muda itu menjadi pusat perhatian mahasiswanya. Beberapa bahkan ada yang menatap Bagas seraya menelan ludahnya sendiri.

Anna jelas gelalapan, tapi gadis itu cukup terlatih untuk menenangkan diri. Matanya melirik ke sekitar dan tumpukan kertas di meja dosen menjadi fokusnya yang memberi secercah pencerahan.

"Mengumpulkan tugas temen-temen ke ruangan bapak?" tanya Anna memastikan, lebih tepatnya menebak.

"Langsung ikut saya." kata Bagas tanpa menjawab pertanyaan Anna dengan jelas. Terlalu ambigu sebenarnya. Tapi Bagas tidak peduli, dia kembali meneruskan langkahnya yang sempat terhenti.

"Baik, Pak." jawab Anna. Gadis itu lebih gesit lagi membereskan alat tulisnya agar tidak tertinggal oleh Bagas.

"Uwuuu uwuuu..." Asa sempat menggoda Anna sebelum gadis itu berlalu.

"Jangan lupa nafas, Na wkwkwkk..." Aas menimpali.

Anna hanya melotot sebagai respon dan segera menyusul Bagas setelah sebelumnya mengambil kertas-kertas berisi resume teman-temannya selama pembelajaran berlangsung.

Anna mempercepat langkahnya. Sejak tadi dia menjadi pusat perhatian. Para mahasiswa dan mahasisiwi itu terbagi menjadi dua kubu. Ada yang menatap Bagas dengan tatapan memuja. Adapula yang menatap Anna dengan tatapan sama memujanya. Tapi di antata kefuanya ada juga yang memperhatikan mereka dengan tatapan iri bahkan bertanya-tanya. Gadis itu mencoba menghiraukannya. Toh menjadi pusat perhatian seperti ini memang sudah biasa baginya sejak dulu. Bedanya jika dulu saat ia dan Bagas masih pacaran, Anna tidak akan segan-segan merangkul lengan Bagas dan bermanja-manja padanya demi menunjukan pada dunia bahwa Bagas adalah miliknya dan dia begitu bahagia me dapatkannya. Tapi sekarang, keadaan sudah berubah. Daripada merangkul Bagas untuk mencari perhatian lebih, Anna memilik memeluk kertas-kertas di tanggannya lebih erat.

EXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang