2 : Taruhan

3.6K 232 34
                                    

Alohalooo ii kambek lagi.
Semoga terhibur ya...

🐍🐍Happy Reading Gengs🐍🐍

Anna menjatuhkan diri di atas kasur begitu dia sampai di kamar kosnya yang luasnya tidak seberapa itu.  Gadis itu memejamkan matanya, lalu menghela nafas berat. Hari ini benar-benar hari yang tak terduga dan melelahkan baginya.

Pikirannya melayang, mengulang kembali potongan-potongan memorinya saat di kampus tadi. Mulai dari melihat kembali Bagas di depan kelas, bertemu mantan taruhannya itu di kantin, mendapat pesan menjijikkan dari pengagum rahasianya, perbincangan dengan kedua sahabatnya, sampai pada kedatangan Milan Si Mantan brengseknya yang tak pernah dia tunggu-tunggu. Aaah... semua itu membuat perempuan itu hampir gila.

Bagas Razka Adima

Nama itu seakan mengorek luka lama Anna yang sebenarnya belum sembuh total. Di sini seharusnya bukan dialah yang sepatutnya merasa terluka dan menjadi korban karena siapapun tahu bahwa dialah pelakunya. Tapi saat Bagas yang terlihat kecewa itu tidak mau mendengarkan penjelasannya dan langsung pergi begitu saja setelah menyampaikan rasa kecewa dan sakit hatinya karena telah mengetahui kebusukkannya, Anna benar-benar begitu terpukul dan terluka. Sosok super hero dalam hidupnya kini telah pergi dan semua karena kebodohannya.

Lebih dari itu, sebenarnya yang paling Anna sesali adalah kebodohannya yang malah mempermainkan Bagas. Padahal jelas-jelas Bagas adalah laki-laki baik-baik yang tidak sepantasnya disakiti. Anna selalu merasa bersalah dan menyalahkan diri atas semuanya. Semua itu rasanya menjadi beban terberat yang harus dia pikul.

Kembali menghela nafas, pikirannya jatuh pada kejadian empat tahun lebih yang lalu. Tapatnya saat Wulan, teman segengnya dulu mengajukan penawaran menggiurkan padanya.

"Ya ampun... gue bete banget di sini." keluh Wulan ketika dia sedang berada di kosan sederhana  Anna bersama dua teman lainnya, Maria dan Yola.

Maria dan Yola lalu mengangguk setuju. Sedangkan Anna tetap asik dengan hpnya, asik berselancar melihat-lihat hp keluaran terbaru dengan fitur-fitur terbarunya yang luar biasa. Sayang, harganya pun luar biasa untuk ukuran dompet siswa SMA rantauan seperti Anna.

"Cabut yuk, ke mall ke." lanjut gadis bermata softlens warna abu-abu itu seraya berdiri dari posisi tidurannya.

"Bentar dong, Lan... gue lagi asik liat-liat hp yang gue mau nih." kata Anna seraya melirik Wulan.

Wulan menoleh pada Anna dengan tatapan seolah mengatakan 'Tck cewek miskin ini banyak maunya dan malah berani-beraninya ngelawan gue.' Begitulah kira-kira tatapan mata yang ditujukan oleh Wulan. Sayangnya Anna tidak melihat hal itu karena sudah kembali fokus pada hplnya.

Wulan yang penasaran melirik hp yang tengah Anna mainkan. Gadis itu melihat hp keluaran terbaru dari salah satu merek hp ternama di negaranya. Sebuah ide melintas di kepalanya. Gadis itu menyunggingkan sebelah bibirnya.

Ini bakalan jadi game yang menarik. Batinnya.

"Lo pengen hp itu?" tanya Wulan pada Anna, yang membuat gadis itu menoleh sambil mengangguk-angguk.

"Banget." jawabnya.

Wulan menyeringai kecil. Dia meraih hpnya, mengotak-atiknya lalu menekan ikon mikrofon tanpa diketahui siapapun. Lalu gadis itu menyimpan kembali hpnya di tempat tidur dengan posisi menelungkup.

"Gue bisa beliin lo hp itu." kata Wulan dengan entengnya.

Ya, hp dengan harga lima juta tidak seberapa untuk ukuran anak dari orangtua yang sama-sama bekerja sebagai anggota dewan seperti Wulan. Baginya, tinggal mengatakan saja ingin hp baru pada orangtuanya keesokkan harinya bahkan hari itu juga hpnya langsung ada digenggamannya. Wulan memang anak satu-satunya dan dia dari kalangan keluarga berada, makanya dia begitu dimanja.

EXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang