14 : Ketenangan dan Kejadian Tak Terduga

1.6K 133 46
                                    

Alohaloooo ii kambek lagi. Cepet kan? Hihii ide lagi ngalir di sini. Jangan lupa tinggalin jejak.

V O T E
A N D
C O M M E N T

(Hana Risa)

🌸🌸HappyReadingGengs🌸🌸

Duk.

Bagas meletakkan botol air mineral yang sudah ia buka tutupnya di atas meja tepat di hadapan mahasiswinya yang tadi seperti dikejar-kejar setan. Setan Milan lebih tepatnya. Bocah tengik itu memang sangat menyebalkan. Tadi saat tidak sengaja bertemu dengannya, dengan tidak sopannya dia berjalan ke arah Bagas, melirik Anna yang wajahnya medadak pias dan Bagas secara bergantian sebelum berdecak angkuh dan mendengus meremehkan. Setelahnya dia hanya berlalu begitu saja.

Bagas tidak menggubris hal itu. Dia hanya menunjukkan wajah datar meski di dalam hatinya kesal juga diremehkan oleh bocah ingusan seperti Milan. Tapi dia tidak peduli pada eksitensi pemuda itu. Bagas bukanlah bocah seperti Milan yang akan memberi tanggapan yang sama kekanakannya jika itu tujuan Milan menunjukkan sikap angkuhnya. Maaf saja, tapi Bagas adalah laki-laki dewasa yang tentunya akan memilih sikap yang seharusnya. Dan tidak meladeni Milan adalah pilihan bijaknya.

Sebenarnya ini bukan kali pertama Bagas melihat Milan di kampus tempatnya mengajar, beberapa waktu lalu dia pernah dua kali melihat Milan dari jauh. Dan rasa tidak suka itu langsung mengusai Bagas begitu saja begitu ingat bagaimana kelakuan bocah menyebalkan yang Bagas bisa tebak sebagai salah satu mahasiswa di kampus tempatnya mengajar itu. Tapi untuk berhadapan langsung dengan Milan, tadi merupakan kali pertamanya dan Bagas harap dia tidak akan ada lagi kali-kali berikutnya. Meski Bagas sudah memilih berdamai dengan masa lalu, tapi dia belum bisa melupakan bagaimana perbuatan Milan dulu dengan Anna.

Mencoba mengenyahkan pikiran tentang Milan, laki-laki yang tengah duduk di kursi ruang kerjanya itu melirik sekilas ke arah Anna yang kini ekpresinya terlihat lebih tenang dari sebelumnya, lalu ia kembali memaikan jemarinya di atas keyboard laptopnya.

"Diminum." ucap Bagas tanpa mengalihkan atensinya dari layar laptopnya. Tapi meski begitu dia tahu sejak tadi mahasiswi di hadapannya itu hanya diam sembari meremas kerah bajunya, seperti tengah melindungi diri.

Bohong jika jiwa penasaran Bagas tidak kembali meraung-raung. Banyak sekali pertanyaan yang ingin Bagas sampaikan pada Anna, tapi dia tahu bahwa di sini adalah area kampus yang itu artinya posisinya dengan Anna saat ini adalah sebagai dosen dan mahasiswa. Sangat tidak etis dan profesional jika Bagas menanyakan hal-hal pribadi pada Anna. Mungkin nanti di luar kampus Bagas bisa menanyakan segala rasa penasarannya pada gadis dihadapannya itu.

Tapi... Bagas kembali berpikir. Dia memang punya tujuan untuk kembali mendekati Anna dan terlihat perhatian padanya. Tapi hanya sebatas terlihat perhatian, kenapa rasanya makin ke sini malah semakin menjadi perhatian sungguhan? Astaga! Bagas harus segera sadar.

Sementara itu perlu beberapa detik sampai Anna mengambil botol air mineral itu dengan tangan yang agak bergetar. Wajah pucatnya sudah lebih berwarna, meski tatapannya masih saja sama. Kosong.

"Te-terima kasih, Pak." ucapnya terbata sebelum akhirnya meminum air di tangannya.

Gadis itu menghela nafas berat, lalu menggigit bibir bawahnya. Tidak tahu apa yang akan terjadi jika tidak bertemu dengan Bagas tadi. Meski awalnya sempat takut dan ikut tegang oleh atmosfir yang tercipta di antara dua mantannya ketika SMA dulu itu, tapi Anna akhirnya bisa bernafas lega karena pikiran negatifnya ternyata tidak jadi kenyataan.

Anna memang sudah was-was takut Bagas dan Milan kembali berkelahi seperti tiga tahun yang lalu. Lalu setelah itu... Bagas akan kembali meninggalkannya. Tidak! Anna tidak mau ditinggalkan sendiri lagi. Tapi untungnya semua itu tidak terjadi, Milan hanya melewati Bagas begitu saja dengan tampang angkuhnya yang rasanya sangat ingin Anna hadiahkan tamparan lagi. Entah karena Milan lupa pada Bagas atau hal lainnya. Yang jelas tak lama setelah itu Bagas memintanya untuk keruangannya karena ada tugas yang harus disampaikan. Jadi di sinilah dia sekarang, di ruangan bercat biru langit yang sedikit mencerahkan suasana hatinya. Ditambah wangi segar pengharum ruangan yang beradu dengan ac membuat ruangan Bagas terasa begitu nyaman.

EXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang