19 : Save Me (1)

1.6K 133 40
                                    

Alohalooo ii kambek...
Jangan lupa tinggalin jejak manis yaaa

V O T E
A N D
C O M M E N T
(HATURNUHUN)

🌷HAPPYREADINGGENGS🌷

Ujian tengah semester sudah di depan mata. Anna tengah giat-giatnya belajar untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian itu. Gadis itu sedang berkutat di perpustakaan dengan dua buku dihadapannya. Satu buku sudah selesai dia baca dan catat poin-poin pentingnya, sementara buku satunya lagi tengah ia baca.

Buku catatannya hampir penuh, selain karena berisi poin-poin penting dari buku yang ia baca, gadis itu juga mendapatkan sumber lain dari catatan teman-teman sekelasnya.

Hari sudah berganti malam saat Anna kembali meregangkan badan dan memijat bahunya untuk yang kesekian kalinya sejak ia mendudukkan diri di perpustakaan kampus tempatnya menimba ilmu itu. Dia merasa begitu lelah dan pegal. Matanya juga sudah perih.

Anna mengedarkan pandangannya ke sekaliling. Ternyata pengunjung perpus sudah berkurang drastis. Dia hanya melihat beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang tengah membaca di meja-meja pojok. Sebagian sepertinya sedang bersiap untuk pulang.

Tidak ada satupun orang yang Anna kenal. Mungkin mereka dari jurusan atau bahkan fakultas lain. Asa yang tadi belajar bareng dengannya sudah pulang lebuh dulu karena ditelpon mamanya. Sedangkan Aas tidak ikut karena menengok sepupunya yang baru melahirkan.

Gadis itu lalu menyalakan hpnya yang dalam mode tidur, melihat pukul berapa sekarang. Angka sembilan belas lewat enam menit tertera di layar hp Anna. Pantas saja dia merasa begitu lelah dan pegal, ternyata sudah hampir tiga jam dia berkutat di perpustakaan ini. Lebih baik Anna pulang dan meminjam buku yang belum selesai ia baca itu. Melanjutkan belajar di kosantnya sepertinya jauh lebih baik daripada dia pulang kemalaman.

Alih-alih membereskan alat tulisnya, Anna memilih menempelkan pipinya ke meja di depannya. Gadis itu memejamkan matanya, sementara tangan kanannya kini sudah menutupi telinga kanannya. Dia memilih beristirahat sejenak. Kegiatan sederhananya itu mampu membuat pikirannya sedikit tenang.

Trung...

Tiba-tiba hpnya berbunyi. Anna mengabaikannya, gadis itu lebih memilih kembali mengistirahatkan tubuhnya. Tapi ketenangannya kembali terusik saat notifikasinya kembali bunyi beberapa kali. Mau tak mau Anna pun membuka hpnya. Ternyata chat masuk di grup angkatannya dan di sana sudah sangat heboh. Awalnya Anna ingin kembali bersikap abai, tapi chat terbaru yang baru saja masuk membuat gadis itu dilanda penasaran.

082321345***
Kuy... daftar... lumayan cuci mata liat Pak Bagas.

088802345***
Kuy... kuy... aaah ini mah wajib hadir soalnya pematerinya Pak Bagas

Klik. Akhirnya gadis itu membuka kolom percakapan di grup angkatannya. Dua kali Anna harus men-scroll agar tahu sumber kehebohan di grupnya ini. Ternyata seseorang mengirimkan broadcast seminar lengkap dengan foto infonya yang diadakan salah satu Hima di fakultasnya. Mereka semua begitu semangat berkomentar padahal biasanya jika ada bordcast seminar atau semacamnya jarang sekali ada yang menanggapi bahkan sampai ada juga yang tidak ditanggapi sama sekali.

Menempa Jiwa Entrepreneur Muda Berkarakter Menuju Generasi Milenial.

Anna membaca tema seminar tersebut dengan seksama. Menarik, batinnya. Jujur saja gadis itu memang tertarik dengan tema yang akan dibahas di seminar itu. Apalagi seminarnya gratis. Sayangnya nama sekaligus foto Si Pemateri membuat Anna mengurungkan keinginannya.

Sejak kejadian di mobil saat Bagas mengantar Anna pulang, gadis itu memang menghindari dosen sekaligus mantan pacar taruhannya saat SMA dulu. Terhitung sudah seminggu Anna main kucing-kucingan dengan Bagas. Sebisan mungkin gadis itu selalu menghindar jika ada Bagas. Di kelas pun dia memilih duduk dupojokan belakang, lalu pergi secepat kilat saat kelas sudah berakhir. Bukannya apa-apa, dia hanya tak punya muka saja berhadapan dengan Bagas mengingat di mobil itu mereka hampir... hampir... ah sudahlah. Anna tak mau mengingat-ingatnya lagi. Hal itu hanya membuat pipinya kembali panas. Dia benar-benar malu dan tak siap menerima kenyataan bahwa dia malah terbawa suasana. Jangan bilang wajah Anna saat itu terlihat mupeng. Astaga... Bagas pasti berpikir yang tidak-tidak.

EXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang